Kemoport Yang Sangat Membantu
Kemoport adalah satu alat semacam chip bulat kecil ditanam di dada kiri dengan selang kecil yang dihubungkan dengan pembuluh darah vena langsung yang menuju ke jantung. Dokter Harjit menyarankan saya untuk memasang kemoport, dengan alasan akan memudahkan proses memasukkan obat-obatan kemo ke dalam darah dengan memperpendek jarak tempuh obat tersebut yaitu langsung ke jantung. Selain itu, obat kemo yang kuat, beresiko membakar jaringan kulit di atas pembuluh darah, dan bisa menyebabkan gangguan syaraf sekitarnya. Saya dan suami mengikuti saran beliau dan melakukan operasi kecil dalam rangka pemasangan alat tersebut. Walaupun operasi ini termasuk kategori operasi kecil, namun  saya menjalani bius total. Operasi ini berjalan hanya sekitar 20 menit dan saya tidak perlu menginap di rumah sakit. Saya hanya perlu tinggal di day care, ruangan khusus yang diperuntukkan bagi para pasien yang menjalani operasi tanpa harus menginap di rumah sakit. Setelah operasi selesai saya harus melakukan foto rontgen dada untuk memastikan letak kemoport. Dengan demikian saya siap untuk menjalani kemoterapi tanpa efek samping kulit tangan yang terbakar ataupun resiko gangguan syaraf.
Dr Rachael Kong, seorang ongkoligist, lebih muda dari Dr Harjit. Saya menemui beliau pertama kali pada bulan February 2013 seminggu setelah operasi dilakukan. Saat itu saya masih shock akan  dilakukannya kemoterapi, namun tidak seperti halnya dokter Harjit yang lebih 'menenangkan' , pada awalnya saya merasa dokter ini lebih membuat saya 'stress'. Dia memaparkan kondisi saya berdasarkan hasil analisis Patologi Anatomi dan menjelaskan alternatif pengobatannya. Lagi-lagi saya menangis. Seperti halnya dokter Harjit, Dr Rachael berusaha diam terlebih dahulu, untuk membiarkan saya menghabiskan air mata saya. Pada akhir pertemuan, saya memahami bahwa apa yang dimaksudkan Dokter Rachael adalah memberikan informasi sedetail mungkin kepada saya sebagai pasiennya supaya saya bisa memahami penyakit yang bersarang di tubuh saya. Saya dan suami sepakat mengikuti saran dokter untuk menjalani kemoterapi  sebanyak 6 kali yang dilakukan selang tiga minggu. Namun sebelum kemoterapi dilakukan dokter meminta saya untuk menjalani scan tulang untuk mengetahui penyebaran kanker.
Hanya ada dua rumah sakit di Kuala Lumpur yang menyediakan peralatan untuk scan tulang, yaitu Hospital Kuala Lumpur dan Prince Court Hospital. Dengan alasan kemudahan aksesibilitas, kami memilih Prince Court. Untuk menjalani scan tulang, tidak perlu puasa terlebih dahulu. Saya datang ke bagian Radiologi dan di sana ada penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan oleh petugas. Tak lama perawat meninjeksi isotop yang bisa mendeteksi adanya mestase kanker di tulang. Setelah itu saya diminta menunggu selama 3 jam, dan disarankan untuk minum banyak air. Setelah itu saya masuk ke dalam ruangan tempat alat scanning tersedia. Saya tidak perlu mengganti baju seperti yang biasa dilakukan scanning yang lain seperti CT scan, ultrasound, rontgen, dll, saya cukup mengenakan baju yang saya pakai saja, namun petugas meminta melepas kaca mata saya. Scanning berlansung selama sekitar 30 menit dan selama itu saya dianjurkan untuk tidak bergerak.
Kejutan berikutnya cukup mengagetkan, karea hasil scanning menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke banyak bagian tulang, termasuk tulang rusuk, pelvis, ekor, tulang punggung, dan beberapa bagian lainnya. Saya merasa mendapat pukulan yang bertubi-tubi selama beberapa bulan ini dengan hasil diagnosa medis yang tidak bisa saya pungkiri. Berdasarkan hasil scan tulang, dokter memutuskan untuk melakukan pengobatan kemoterapi dan sekaligus memberikan obat untuk menguatkan tulang saya,
Hari pertama kemoterapi cukup menegangkan. Saya diminta menemui dokter ahli jantung untuk mengetahui kekuatan jantung saya. Ini penting untuk memastikan bahwa organ jantung memiliki ketahanan untuk menerima obat-obatan terkait kemoterapi. Selanjutnya saya diambil sampel darahnya untuk mengetahui kandungan beberapa komponen dalam darah. Dari hasil darah tersebut, dokter memutuskan apakah hari itu saya bisa menjalani kemoterapi atau tidak. Alhamdulillah Kemoterapi pertama saya jalani dengan lancar. Obat yang dimasukkan memberikan efek panas dan ada tekanan sedikit di hidung, seperti kalau kita meminum air soda. Proses kemoterapi ini memakan waktu sekitar 3 jam. Ruangan kemoterapi cukup nyaman, yang memuat sampai 9 orang pasien. Pasien duduk di kursi yang sangat nyaman, bisa disesuaikan sesuai posisi pasien. Sepanjang kemoterapi pasien bisa menikmati makanan apa saja. Bahkan pihak rumah sakit menyediakan roti dan olesannya dengan segelas milo hangat. Pelayanan di klinik ini cukup baik. Walaupun suster yang bertugas hanya dua orang waktu itu, tetapi saya merasakan mereka sangat memberikan perhatian yang baik kepada para pasien, menghibur.  Selain itu dalam melakukan tindakan medis, mereka selalu berhati-hati dan menjaga perasaan pasien. Misalnya ketika akan menyuntikkan jarum, mereka pasti meminta maaf terlebih dahulu, "Maaf ya, ini akan  sakit, ". Pelayanan seperti ini jelas akan memberikan kenyamanan kepada pasien dan memberikan support yang luar biasa dalam rangka melawan penyakitnya. Kemo pertama memberikan efek lumayan kuat. Beberapa jam setelah saya sampai di rumah, badan mulai dirasakan  lemah, agak pusing. Sehingga saya harus tiduran. Mulut juga terasa tidak enak. Saya mengatasinya dengan lebih banyak memakan jus dan buah-buahan segar. Selang tiga dua hari setelah kemoterapi, saya harus menjalani injeksi selama 3 hari berturut-turut. Menurut informasi dokter, injeksi ini bertujuan untuk menambah jumlah sel darah putih yang biasanya berkurang akibat efek obat kemo. Hasilnya terasa sekali, saat injeksi  yang pertama, badan saya terasa lebih kuat. Demikian juga dengan injeksi selanjutnya. Sangat terasa bahwa injeksi ini menambah daya tahan saya, dan saya merasa kekuatan saya pulih. Menjelang kemo yang kedua, rambut saya mulai rontok. Efek kemo yang kedua ini memang tidak separah kemo yang pertama, hanya saya mengalami maag yang cukup parah. Tetapi obat maag yang diberikan dokter yang saya makan sampai seminggu cukup membantu meringankan sakit maag. Kemo kedua ini juga dilanjutkan dengan 3 kli injeksi yang sama. Kemo selanjutnya saya rasa lebih ringan, efeknya tidak terlalu parah hanya agak melayang sedikit, beberapa jam setelah kemoterapi selesai. Saya ingat setelah kemo kedua dan selanjutnya saya selalu pergi ke mall untuk belanja. Memang agap pusing sedikit, tetapi tidak menyebabkan saya pingsan. Efek kemo yang saya rasakan memang tidak seperti yang saya baca di internet, sepertinya mengerikan. Tetapi ketika saya jalani, terasa biasa saja, pusing-pusing sedikit wajar saja. he he... (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H