Di balik gemerlap rawa
kristal embun bunga
papaya,
matahari pagi
aroma ketapang sehabis hujan,
dua ekor capung jarum
mencuat ke permukaan.
Meniadakan jarak, sebab jarak meminta bayaran waktu
jika hidup mereka tak dihabiskan
dengan cinta,
maka pagi esok menghabisi
hidup mereka.Â
Menari di udara permukaan rawa
memintal sari ilalang, meneguk
nyawa pati batangnya.
mereka berdua akhirnya
berpisah tepian bergulma, satu
menuju hutan satu menetap
merawa, menanam benih kehadiran
yang sekejap
kepada betina mereka.
Hidup mereka tiada ampun
sibuk melangsungkan
eksistensia,
padahal pagi baru saja bangkit
sekejap lagi siang
dan malam,
malam berubah mencekam.
Gelap,
gelap tiada tempat berhinggap
ribuan laron mengitari
cahaya lampu seperti seorang sesat
yang menemukan agama baruÂ
beribadah tak kenal waktu,
hingga Tuhan menulis
fajar di langit yang berkabut
tersisa kini serpihan-serpihan
sayap.
Dua ekor ayam melintas
sehabis kenyang menyantap
tubuh-tubuh tumbang.
Hidup laron-laron yang tumbang
Hidup capung jarum yang binasa
kepada manusia yang merasa
berumur panjang
Pare-pare, 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI