Mohon tunggu...
Ambar Wulandari
Ambar Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - ambarwulandari79@gmail.com

Jangan takut berjalan lambat, takutlah jika hanya diam ditempat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aksiologi sebagai Filsafat Etika dan Estetika

19 April 2021   14:22 Diperbarui: 20 April 2021   15:04 3132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat aspek aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku untuk semua kehidupan manusia. Mengapa didalam filsafat ada pandangan yang mengatakan nilai itu sangat penting, karena filsafat sebagai "phylosophy of life" yaitu mempelajari nilai-nilai yang ada dalam kehidupan yang berfungsi sebagai pengontrol sifat keilmuan seluruh manusia. Teori tentang nilai berfungsi sama seperti agama yang menjadi pedoman kehidupan semua manusia. Dalam teori nilai, terdapat tujuan bagaimana manusia menjalani kehidupan dan memberi makna terhadap kehidupan ini. Maka dari itu, aksiologi memiliki dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia, yaitu etika dan estetika.

Etika merupakan cabang aksiologi yang membahas mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tingkah laku manusia yang dapat dilihat dari segi baik dan buruknya tingkah laku tersebut. Etika bisa didefinisikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok manusia (masyarakat) yang mengatur tingkah lakunya sendiri. Etika memiliki sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika menuntut semua manusia agar dapat bersikap rasional terhadap semua norma yang berlaku dimasyarakat. Sehingga etika dapat membantu manusia menjadi lebih otonom. Otonomi manusia tidak terletak pada kebebasan dari segala norma melainkan tercapainya kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakininya sendiri sebagai salah satu kewajibannya.

Etika dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar. Munculnya nilai moral, norma, dan etika di masyarakat sudah terjadi sejak lama semenjak manusia sudah mulai bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Filsafat etika dan moral mulai berkembang di zaman Yunani Kuno karena di sanalah segala cabang filsafat dikaji oleh para filsuf. Salah satu karya yang terkenal adalah karya yang ditulis oleh Aristoteles, yaitu Etika Nikomakea. Didalam buku ini mengatakan bahwa hidup harus bertujuan pada "eudamonia" yang bila dipahami akan menghasilkan perbuatan dan moral yang baik serta bijak.

 Istilah etika sebenarnya bersifat umum dalam masyarakat yang satu dengan yang lainnya tetapi memiliki arti yang berbeda-beda. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang sangat fundamental, "Bagaimana saya harus hidup dan bertindak?". Dari pertanyaan itu, etika mencoba mempelajari bagaimana sesuatu itu layak dilakukan atau tidak. Biasanya, antara satu kelompok masyarakat dan lainnya memiliki perbedaan pandangan tentang mana yang layak dilakukan atau yang tidak layak untuk dilakukan. Artinya, apa yang harus dilakukan seseorang terkadang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya, kalau tidak ia akan dipandang oleh masyarakat sekitar sebagai salah satu orang yang tidak punya etika.

Sementara itu, estetika adalah pengetahuan tentang sesuatu yang indah (mengandung keindahan). Jadi, objeknya adalah hal yang dianggap indah dan hal yang tidak dianggap indah. Estetika selalu mempersoalkan tentang nilai keindahan. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya manusia. Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, selera, kreasi dan apreasiasi tentang keindahan.

Secara lebih luas, estetika didefinisikan sebagai refleksi kritis tentang seni, budaya, dan alam. Manusia sangat membutuhkan seni, sebagaimana manusia membutuhkan filsafat dan ilmu karena melalui seni manusia bisa menikmati, mengekspresikan serta mengapresiasikan berbagai macam pengalamannya. Seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan pemahaman sebagaimana filsafat juga bukan seperti ilmu yang bertujuan mengadakan deskripsi, prediksi, dan eksperimentasi, tetapi seni bertujuan untuk mengembangkan nilai estetika dari suatu karya seni, serta mengembangkan kreasi untuk penyempurnaan hidup.

NAMA: AMBAR WULANDARI

NIM: 2120263

KELAS: FILSAFAT UMUM G

DOSEN PENGAMPU: DEWI ANGGRAENI, Lc.,M.A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun