Mohon tunggu...
Ari Ambarwati
Ari Ambarwati Mohon Tunggu... -

Pengajar, peneliti dan peminat sastra anak, suka blusukan ke pasar tradisional, penikmat kuliner dan wastra tradisional Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ken Dedes ke Salon?

14 November 2009   06:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ken Dedes, perempuan penting di balik keberhasilan Ken Arok menggulingkan Tunggul Ametung, adalah salah satu sosok perempuan yang saya kagumi. Betapa ia mampu menggunakan kepandaiannya untuk lepas dari cengkeraman Tunggul Ametung dengan 'memanfaatkan' Ken Arok. Lepas, siapa yang memanfatkan siapa, harus diakui ia juga perempuan hebat yang mampu melahirkan anak-anak yang kelak menjadi cikal bakal pemimpin Majapahit yang gilang gemilang.

Di kitab-kitab kuno, namanya kerap muncul sebagai sosok yang diagungkan. Di novel Arok Dedes nya Pramudya Ananta Toer, ia bahkan dilukiskan sebagai perempuan yang memiliki kecantikan yang tak pernah dimiliki perempuan lain, hingga Tunggul Ametung dan Ken Arok memujanya habis-habisan.

Dalam sejarah keramik Malang, Ken Dedes, konon, mengukirkan warna biru sebagai warna khas keramik asli Malang. Tak jelas benar mengapa Dedes menyukai warna biru. Tetapi, bisa diterjemahkan kalau Dedes adalah penyuka ketenangan serta kedamaian, selaras dengan spirit warna biru. Kalau kita memandang langit yang membiru, juga laut lepas yang berseru biru, maka betapa keteduhan, kedamaian yang bersandar pada harmonisasi alam akan menyeruak, menggenapkan syukur kita pada sang maha Kuasa.

Kalau sekarang nama Ken Dedes sering muncul sebagai nama salon, nama lulur serta produk kecantikan, nama toko bakery, rental mobl, catering bahkan jasa laundry, tentunya itu bukan kehendaknya. Kalau nama salon mungkin sang pemilik salon berharap semua pelanggan yang melakukan perawatan di salonnya bakal secantik Dedes. Pun kalau label Dedes tertera di produk-produk kecantikan, masih 'nyambung' tapi kalau bakery, rental mobil, catering serta jasa laundry, apa hubungannya ya?

Saya jadi tergelitik, belum pernah saya jumpai ada nama toko buku yang memakai nama Ken Dedes, atau tempat-tempat yang berbau 'keilmuan' menggunakan namanya. Bisa jadi, ia akan menggugat kenyataan ini kalau saja ia masih hidup. Seringkali perempuan dinilai hanya sebatas fisik. Cantik, seksi, menawan, punya sex appeal, seperti yang digambarkan iklan-iklan kita, lelaki memandang hingga tak keberatan kalaupun harus terbentur tembok.

Lihat juga iklan kosmetik yang kerap 'membodohi' perempuan, harus berkulit seputih pualam, berambut lurus panjang, tinggi semampai dengan raut muka yang senantiasa tersenyum--apapun kondisinya--seakan kalau tak sama dengan gambaran iklan maka perempuan itu tak bisa dibilang cantik. Hmmm...saya mulai membayangkan lagi, apa iya Dedes yang super cantik itu berkulit seputih iklan, berambut panjang serta lurus seperti di iklan, juga bertubuh semampai sesuai gambaran iklan? Nah, saya mulai terjangkiti virus mainstream, menganggap jauh lebih menarik memperbincangkan kecantikan fisik perempuan daripada mendiskusikan bagaimana Ken Dedes mampu melahirkan tokoh-tokoh besar dan berhasil menaklukkan kejumawaan Tunggul Ametung dan Ken Arok.

Satu lagi yang membuat saya bertanya, apa Ken Dedes melakukan perawatan di salon untuk mendapatkan kecantikan yang ia miliki, ataukah ia cantik karena ia pintar?

Menurut Anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun