Mohon tunggu...
Ambarukmi HayuningTyas
Ambarukmi HayuningTyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa S1 Ilmu Politik di Universitas Bakrie

just an average political science student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pemboikotan Perusahaan Israel terhadap Konflik Israel-Palestina

8 November 2024   12:02 Diperbarui: 8 November 2024   12:02 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang telah kita ketahui, sejak terjadinya penyerangan yang dilakukan oleh Palestina terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, Israel kemudian membombardir negara Palestina. Israel mengirim banyak rudal ke Palestina, menghancurkan infrastruktur negara tersebut. Dengan adanya serangan serangan tersebut, kebanyakan dari korban jiwa yang terjadi adalah perempuan dan anak kecil. Hal ini memicu sebuah reaksi massal dari penduduk dunia, mayoritas orang orang yang mengetahui hal tersebut bersimpati terhadap warga Palestina. Kemudian terkuak bahwa terdapat beberapa perusahaan Amerika yang melakukan bantuan dana kepada Israel untuk membantu mereka dalam membeli senjata. Dengan adanya informasi tersebut, mayoritas penduduk dunia mengambil aksi serentak untuk menghentikan penyerangan yang dilakukan oleh Israel terdahap Palestina.

Aksi-aksi tersebut dimulai dengan pemboikotan terhadap perusahaan yang terbukti mengirimkan bantuan finansial kepada pemerintah Israel. Perusahaan seperti McDonalds, Starbucks, Spotify dan beberapa perusahaan lainnya disebut sebagai perusahaan zionis atau perusahaan yang mendukung kemerdekaan kaum Yahudi di Israel. Setelah itu, masyarakat akan menyebarkan informasi terkait perusahaan tersebut supaya mencapai lebih banyak orang. Dengan adanya aksi pemboikotan ini, diharapkan bahwa perusahaan tersebut tidak melakukan bantuan finansial apapun kepada Israel, sehingga Israel tidak dapat menyerang Palestina kembali.

Metode yang akan saya gunakan untuk menulis artikel ini adalah dengan metode Induksi dimana saya akan mengambil kesimpulan dari berbagai jurnal dan artikel yang tersedia di internet. Alasan saya menggunakan metode ini adalah karena isu ini masih berjalan dan masih berkembang seiring berjalannya waktu.

Untuk menulis artikel ini saya akan mengambil perspektif sebagai perusahaan yang terkena dampak dari aksi pemboikotan. Dengan adanya pemboikotan, terjadi penekanan secara ekonomi terhadap para perusahaan tersebut dengan harapan bahwa mereka akan berhenti memberi dukungan dalam bentuk apapun kepada Israel. Seiring berjalanya waktu, pemboikotan ini tentu menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap para perusahaan tersebut. Dampak tersebut diantaranya ada nilai saham yang menurun, penjualan menurun drastis, kerugian meningkat dan investor yang enggan untuk melakukan investasi. Hal ini lalu berdampak kepada kemampuan perusahaan untuk memberi dukungan finansial kepada Israel. Sudah terdapat beberapa perusahaan seperti Starbucks dan McDonalds yang menekankan bahwa mereka tidak terafiliasi dengan konflik Israel-Palestina, dan terdapat juga perusahaan Itochu Corp yang langsung memutus kontrak dengan perusahaan Israel yaitu Elbit sebagai bentuk pemboikotan. Bahkan, pemerintah Turki melarang Coca Cola dan Nestle untuk dijual di restoran restoran di Turki karena mereka diyakini berafiliasi dengan konflik.

Menurut hasil survei lembaga riset pemasaran Kompas periode 19 Mei -- 15 Juni 2024, aksi pemboikotan ini menimbulkan penurunan drastis dalam penjualan. Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Ukhuwah, KH Arif Fahrudin, menyatakan bahwa data menunjukkan bahwa aksi boikot masyarakat Indonesia efektif. "Berdasarkan data, kita bisa melihat boikot yang dilakukan masyarakat jelas efektif, terbukti dengan tergerusnya penjualan sejumlah perusahaan yang diyakini terafiliasi dengan Israel," ujar Kiai Arif.

Meski niatnya mungkin mulia, pemboikotan terhadap perusahaan-perusahaan Israel juga menghadapi tantangan besar dan kontroversi. Salah satu tantangan utama adalah kesulitan dalam menentukan perusahaan mana yang benar-benar terlibat dalam pendudukan dan mana yang tidak. Banyak perusahaan besar, terutama yang memiliki keterlibatan dalam proyek-proyek di wilayah pendudukan, juga memiliki cabang atau kegiatan bisnis yang sangat besar di negara-negara lain. Oleh karena itu, tindakan boikot sering kali mempengaruhi pekerja atau konsumen yang tidak langsung terlibat dalam kebijakan politik.

Menurut saya, aksi pemboikotan ini boleh saja dilakukan namun harus dengan riset mendalam mengenai perusahaan yang akan diboikot. Karena dari apa yang sudah saya baca di platform online, terdapat beberapa perusahaan yang sudah mengeluarkan statement bahwa mereka tidak memiliki sangkut paut terhadap konflik Israel-Palestina, namun mereka tetap menjadi target boikot. Bagi saya, hal tersebut justru hanya mempengaruhi pekerja lokal yang bekerja di perusahaan tersebut dan tidak lagi memberi pengaruh apapun kepada Israel. Pemboikotan terbukti berhasil memberi dampak kepada perusahaan-perusahaan tersebut sehingga mereka berhenti memberi dukungan kepada Israel, namun masyarakat cenderung tidak mempercayai statement mereka dan lanjut untuk memboikot. Hal ini tidak hanya merugikan perusahaan dan pekerjanya, namun juga negara.

Dengan berlanjutnya boikot, terjadi PHK massal yang mengakibatkan banyak pekerja lokal Indonesia kehilangan pekerjaannya. Selain itu pengusaha UMKM yang sudah biasa menjadi supplier bagi perusahaan-perusahaan besar tersebut juga mengalami kerugian besar karena mereka kehilangan client mereka.

Kesimpulannya adalah, Pengaruh Pemboikotan Perusahaan Israel Terhadap Konflik Yang Terjadi Di Israel dan Palestina adalah aksi yang efektif untuk menghentikan okupasi Israel di Palestina, namun perlu juga untuk melakukan riset mendalam agar tidak terjadi salah target. Kesalahan dalam menargetkan suatu perusahaan dapat menimbulkan dampak yang besar bagi warga Indonesia, terlebih kepada pekerja dan pengusaha UMKM lokal. Meskipun gerakan ini memiliki dampak dalam meningkatkan kesadaran global tentang isu Palestina, pengaruhnya terhadap kebijakan Israel dan resolusi konflik masih terbatas. Konflik Israel-Palestina bukan hanya persoalan ekonomi atau politik semata, melainkan juga isu identitas dan hak asasi manusia yang sangat rumit. Oleh karena itu, pemboikotan harus dilihat sebagai bagian dari strategi yang lebih luas, yang juga mencakup diplomasi, dialog internasional, dan penegakan hukum internasional, untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan adil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun