Mohon tunggu...
Ambara Jaya
Ambara Jaya Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Money

Tinggal Menghitung Hari

20 Februari 2014   15:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benang kusut antara pemerintah dan PTNNT terkait UU Minerba dan Bea Keluar telah menjadi pembicaraan masyarakat sekitar tambang Batu Hijau. Setiap kerumunan kecil yang ada selalu membahas tema yang serupa, masyarakat telah merasakan keresahan akan ketidakpastian ini, bagaimana kalau Newmont ditutup,? sekarang saja keadaan di Maluk dan Sekongkang makin sepi. Para pedagang merasakan pendapatan mereka kian hari kian menurun seiring berpulangnya karyawan yang ngekos karena mengambil paket SWP dan karyawan yang masih bekerja pun kian mengecangkan ikat pinggang untuk melakukan transaksi.

Sampai kapan keadaan seperti ini akan berlangsung, bisa-bisa sebelum Newmont tutup malah masyarakat yang terlebih dahulu menutup usaha mereka, lantaran perputaran ekonomi sudah tidak seksi lagi. Kos-kosan makin banyak yang kosong, bisnis-bisnis kecil seperti dagang buah yang biasanya tiap pagi dapat kita jumpai di ujung gang kini tak ada lagi, anak-anak yang ramai bermain di pantai dan lapangan bola kini tampak segelintir saja. Tidak bisa kita bayangkan kelak kalau Newmont tiba-tiba benar ditutup, sepertinya akan ada kota mati seperti yang kita lihat pada clip film di tv.

Sekarang kita telah kehilangan kecerian, canda dan tawa yang renyah dari anak-anak yang bermain, dahi mereka tampak mengerut serius seakan turut mengerti keadaan perusahaan di mana bapak dan ibunya mencari nafkah. Syukurnya masih kita jumpai permainan odong-odong yang memecah kesunyian ini tapi tetap saja tidak seramai dulu. Satu kali putar odong-odong itu memuat satu orang anak saja dan si bapak pemilik odong-odong pun mengawasi dengan wajah yang kelu.

Di ujung lapangn bola masih kita lihat anak-anak ini bermain dengan satu gawang, mereka bermain cukup dengan kawan berlima, bagi mereka asal bisa tertawa sudah cuku, mereka juga kehilangan teman-teman mereka yang ramai bersorak di pinggir lapangan sambil menyemangati mereka. Sepi sekali rasanya sekarang.

Semoga benang kusut ini cepat bisa terurai dan keadaan bisa kembali seperti dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun