Yayasan Pensa Global Agromandiri bekerja sama dengan Ford Foundation mengumpulkan para petani kopi yang ada di kawasan selatan-selatan Provinsi Sulawesi Selatan. Berkumpulnya petani kopi di Kabupaten Bantaeng itu sebagai bagian pembelajaran atas kesuksesan pertanian kopi yang dikelola di Kabupaten Bantaeng.
Studi Banding bertajuk "Pengelolaan Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petani Kopi di Kawasan Pegunungan Bawakaraeng dan Lompobattang" pun terlaksana selama 2 hari (15-16 Maret 2017). Desa Labbo di Kecamatan Tompobulu pun dikunjungi untuk melihat langsung kondisi pengembangan kopi lebih dekat. Dimana Kabupaten Bantaeng mampu membuat sebuah produk bernama Kopi Karaeng dan telah dipasarkan hingga tingkat nasional.
Berlanjut dengan pemberian materi dari para mentor berpengalaman dari dalam maupun luar Sulawesi Selatan. Dilangsungkan di Hotel Ahriani Bantaeng, hadir Prof. DR. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr (Bupati Bantaeng), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng (Rahmaniar), Kepala Bappeda Kabupaten Bantaeng (Prof. Syamsu Alam), Irmansyah (Director Executive Yapensa), Zaenuddin Toyib (Project Leader Yapensa), Irawan (Kepala Dinas Kehutanan Prov. SulSel), perwakilan dari Pemerintah Provinsi SulSel dan salah seorang legislator Komisi D Kabupaten Sinjai.
Nurdin Abdullah menantang para petani kopi untuk bisa menembus pasar kopi tingkat dunia. "Di Jepang sana, luar bisa dalam hal promosi kopi. Padahal kopi yang mereka jual adalah kopi toraja yang dilabel ulang. Saya menantang petani kopi Sulawesi Selatan, khususnya daerah selatan-selatan untuk bisa menembus pasar dunia." pungkasnya
Menggambarkan bagaimana kopi di Indonesia dimanfaatkan negara lain dengan mengkalim sebagai produk negaranya. Dirinya bercerita ketika menghadiri Pameran Kopi Tingkat Internasional di Jepang. Singapura dan Jepang yang tidak memiliki kopi, tetapi stand pamerannya begitu luas dan ramai dikunjungi.
Berbagai kopi dari Indonesia yang telah dilabeli ulang dipasarkan dan dipromosikan pada stand dimaksud. Sementara stand Indonesia hanya berukuran 2x2 Meter persegi. Dan hanya menyodorkan kopi saja untuk dinikmati para pengunjung.
Hal tersebut mengisyaratkan betapa minimnya upaya kita dalam membuat kopi Indonesia mendunia. Padahal potensi yang dimiliki Indonesia, khususnya kopi begitu besar dengan kualitas terbaik dunia.
Di akhir acara, Nurdin Abdullah didaulat mengukuhkan Komunitas Petani Pemilih Nurdin Abdullah (KopiNA). Mereka berasal dari 5 Kabupaten/Kota di wilayah selatan SulSel yakni Bantaeng, Jeneponto, Bulukumba, Sinjai dan Gowa. Komunitas yang lahir dari bawah ini secara tegas menyatakan diri siap mendukung Nurdin Abdullah sebagai Gubernur SulSel atas nama petani kopi. (AMBAE)
salam #AMBAE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H