Selain suka mengenakan baju bodo, Lies juga dikenal aktif membina para Pelaku UMKM sejak dirinya menjabat Ketua PKK Kabupaten Bantaeng sekitar 12 tahun silam. Dalam berbagai kesempatan mengikut sertakan Pengrajin mengikuti festival serta mengenalkan produknya hingga ke luar negeri.
Lanjutnya, saat ini pakaian adat khas khususnya Bugis dan Makassar di SulSel itu telah direvitalisasi menjadi pakaian moderen. Bukan saja dari penggunaan warnanya yang mengalami sedikit pergeseran karena kebutuhan, namun juga dalam hal penerapan baju bodo itu sendiri.
"Dulu kan, baju bodo tidak pakai dalaman. Sama juga warnanya, mereka yang pakai warna merah, orang sudah bisa tahu kalau dia itu masih gadis, ada juga yang warnanya jingga untuk perempuan yang lebih muda lagi", terangnya.
Baju bodo jambon Lies dipadu padankan dalaman dengan warna senada, namun sedikit lebih tua, warnanya mendekati merah. Menutupi dada, perut hingga lengan, menyempurnakan baju bodo yang berbahan kain muslin tipis dan transparan.
Pada sisi atas, dia mengenakan jilbab berwarna jambon pula. Sehingga semakin menambah keanggunan Lies dalam balutan busana muslim yang menutupi kepala, telinga hingga bagian lehernya yang juga disebut aurat perempuan.
Pandangan tertuju padanya sejak tiba di lokasi acara. Ditambah lagi, face shield atau pelindung wajah berbahan plastik mika transparan yang dikenakanannya membuat orang masih bisa menatap wajah cantiknya.
"Ini memudahkan ya. Karena ini masih pandemi COVID-19, kita pakai pelindung wajah, apalagi ini lumayan banyak orang, tapi kita juga bisa pakai masker agar tetap aman", pungkasnya. (AMBAE)
salam #AMBAE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H