Bantaeng, Rabu (23/01). Cuaca ekstrim belakangan ini kian mengkhawatirkan, hingga berita ini dipublikasikan Rabu pagi, 23 Januari 2019 angin kencang bertiup dari arah Selatan Kabupaten Bantaeng.
Kondisi cuaca ini disinyalir menyebabkan tenggelamnya sebuah kapal di Laut Flores yang berbatasan langsung dengan Bantaeng. Garis pantai daerah berjuluk Butta Toa (Tanah Tua) sentak ramai dijejali Satuan Tugas (Satgas) Penyelamat dari SAR, BPBD, TAGANA, PMI, Dinas Kesehatan, PSC 119, BSB 113, TNI, POLRI, Sat Pol PP, Dishub dan Damkar.
Dengan sigap mengambil peran masing-masing berupaya menyelamatkan korban penumpang kapal yang terbakar sebelum tenggelam. Kejadian ini bermula diketahui adanya laporan nelayan melalui frekuensi radio komunikasi lokal.
Tercatat 30 orang penumpang dan 10 kru termasuk nakhoda jadi korban, 5 diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Evakuasi segera dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur, termasuk Pemerintah Kabupaten Bantaeng serta sejumlah mahasiswa STIKES Panakkukang Makassar yang juga berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP) di sekitar Kawasan Revitalisasi Pantai Seruni Bantaeng, Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan (SulSel).
Tiga tenda didirikan yakni Triase, DVI dan Komunikasi untuk menangani korban sesuai tingkat keparahan pasien. Sementara itu Tim SAR, TNI dan POLRI dengan perahu karet bolak balik mengevakuasi korban dari kapal menuju bibir pantai.
Pengurus PMI Cabang Bantaeng, Andi Burhanuddin Syaggaf yang juga salah seorang senior PMI menjelaskan bahwa titik koordinat tenggelamnya kapal pada posisi 5.33.0,27 BT, 119.56.49,7 LS pada ketinggian 46 Mdpl berjarak 150 mil dari bibir pantai Pantai Seruni Bantaeng.
Sementara Wakil Ketua II STIKES Panakkukang Makassar, Muh Yusuf Tahir menerangkan jika personil yang diterjunkan sebanyak 325 orang terdiri dari 92 mahasiswa STIKES Panakkukang Makassar dan 233 orang Satgas yang dikoordinir Pemkab Bantaeng.
"Ini ketiga kalinya kita lakukan simulasi kerja sama Pemkab Bantaeng. Pertama itu simulasi kebakaran di tahun 2015 di era Pemerintahan Prof Nurdin Abdullah", tuturnya.
Dia meyakinkan kalau kejadian kapal tenggelam di Laut Flores merupakan rangkaian skenario Simulasi Penanganan Kegawatdaruratan (KGD) III Korban Kapal Terbakar dan Tenggelam yang dilaksanakan STIKES Panakkukang Makassar.
Kepada AMBAE, dia menuturkan kenapa memilih Bantaeng sebagai lokasi simulasi. Menurutnya Bantaeng memiliki dan menjalankan sistem terpadu terbaik di SulSel.
"Kami melihat sistem yang dibangun Bantaeng yaitu layanan kesehatan dengan adanya BSB hampir di setiap kecamatan sangat baik untuk kesigapan menghadapi bencana", pungkasnya.