Mohon tunggu...
Ambae.exe
Ambae.exe Mohon Tunggu... Wiraswasta - .

Computer Application, Maintenance and Supplies

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rela Tiup Terompet Demi Membantu Korban Gempa Palu, Sigi, dan Donggala

9 Oktober 2018   18:46 Diperbarui: 10 Oktober 2018   13:34 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bantaeng, Selasa (09/10). Aksi kemanusiaan terus bermunculan dari berbagai kalangan sejak gempa melanda Palu, Sigi dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah (SulTeng). Tepatnya 28 September 2018 lalu.

Itu artinya sudah hari kedua belas. Di Bantaeng sendiri berlangsung pengalangan dana oleh Komunitas Musik Tanjidor. Persimpangan jalan dipilih dengan menyodorkan kotak amal kepada para pengguna jalan khususnya pengemudi roda dua dan empat.

Salah seorang diantaranya, Rusdi yang berprofesi sebagai peniup terompet mengaku terpanggil untuk meringankan beban korban gempa dan tsunami SulTeng.

"Kami juga punya keterbatasan pak kalau bicara uang. Makanya kami coba membantu dengan cara begini. Jadi kami mainkan musik tanjidor, menghibur mereka yang lewat. Dan mereka bisa menyumbang, nantinya untuk dikirim ke Palu, Sigi dan Donggala", katanya.

Komunitas Musik Tanjidor ini merupakan kumpulan para pemain tanjidor Bantaeng yang digawangi Abdullah. Dijelaskan Abdullah kepada AMBAE jika penggalangan dana komunitasnya sudah dilakukan sejak Kamis lalu, 4 Oktober 2018. Dan sedianya berakhir Rabu besok (10/10/2018).

Saat berita ini dihimpun, 17 juta Rupiah berhasil dikumpulkan. Dua alternatif disiapkan untuk menyalurkan bantuan ini.

"Kalau bisa kita kirim melalui rekening bank. Tapi kalau sampai berakhir penggalangan dan teman-teman sepakat, mungkin kita beli beras dan kita titip di Posko Dinas Sosial Bantaeng agar lebih mudah dan terpercaya pengirimannya", tegas Rusdi.

Persimpangan dipilih kata Abdullah karena diyakini padat lalu lalang masyarakat yang ingin lewat, baik dari dalam maupun luar daerah. Meski begitu tetap berupaya menjaga kelancaran arus lalu lintas.

Beberapa persimpangan telah ditempati menyajikan musik dan menggalang dana diantaranya Kelurahan Letta yang dilengkapi Traffic Light (lampu merah), Kompleks Pasar Sentral, Kampung Tanetea, Kampung Lasepang dan Kampung Boddonga. Bahkan di hari Minggu, komunitas ini pawai keliling kota hingga ke sejumlah titik di pelosok Kabupaten Bantaeng.

Sebagai gambaran, pemain tanjidor ini terdiri dari peniup terompet sebanyak 2-3 orang, pemain saxofon penabuh drum mini 1 orang dan penabuh gendang mirip gong 1 orang. Berselang 30-60 menit, pemain digantikan mengingat banyaknya anggota komunitas yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini sebagai bentuk kepedulian. (AMBAE)

salam #AMBAE

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun