Dorongan seksual perempuan sering disebut-sebut lebih kecil dari laki-laki karena lingkungan menganggap perempuan yang mengekspresikan dorongan seksualnya, sementara laki-laki tidak pernah dipermasalahkan. Informasi yang dianggap tidak tepat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja. Seperti diungkapkan Hj. Sarlin Nur (Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Dinas PP dan PA Provinsi Sulawesi Selatan).
Berbicara di hadapan remaja yang didominasi kalangan pelajar SMA sederajat se-Kabupaten Bantaeng pada Seminar KeperempuaNAn di Balai Kartini Bantaeng (23/09), Sarlin menepis mitos-mitos yang hingga saat ini masih dipercaya. Membuat remaja makin jauh dari jangkauan informasi yang benar tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, termasuk aktivitas seksual yang sudah dijalani oleh sebagian remaja.
"Dorongan seksual merupakan hal alamiah tiap individu, dimulai saat menginjak masa pubertas. Hal ini sangat wajar dan seimbang baik laki-laki maupun perempuan. Jangan coba-coba bohong pada orang tua. Tapi terbukalah pada orang tua atas problem2-problem yang dialami. Misalnya ada lelaki tertarik pada seorang anak perempuan. Sementara orang tuanya membiarkannya begitu saja. Bisa jadi karena si anak tertutup atau karena orang tuanya memang enggan melibatkan diri memahami kondisi anaknya." jelas Sarlin.
Seminar ini merupakan rangkaian Pelantikan pengurus baru PD IPM Bantaeng masa jabatan 2017-2019 yang dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Bantaeng (Abdul Wahab), Ketua DWP Kabupaten Bantaeng (Vinka Nandakasih), Sekretaris Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantaeng (Syamsuniar Malik), Ketua DWP Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng (Hj. St. Hasnah Yunus) dan narasumber lainnya yakni Ust. Kaharuddin (Ketum DPD IMM SulSelBar Periode 2011-2013).
Kehadiran Sarlin mendapat sambutan hangat seluruh pengurus PD IPM Bantaeng dan pengurus Forum Anak Butta Toa (FABT) Kabupaten Bantaeng. "Hadir bersama kita narasumber dari Provinsi, Ibu Sarlin. Ini menjadi bukti bahwa IPM adalah salah satu perkumpulan yang punya peranan penting." tutur Suardi. Sr (Ketua PD IPM Bantaeng).
Lebih lanjut Sarlin menguraikan seperti apa seks positif dan sehat. "Pertama, sehat secara fisik. Tidak ada kekerasan dan tidak ada pemaksaan. Kedua sehat sosial dengan tidak melanggar norma norma sosial dan tetap berhubungan dengan teman yang lain. Berikutnya Sehat emosional untuk saling mengerti, terbuka serta mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik. Dan terakhir diharapkan sehat seksual itu sendiri. Seks sehat sejatiNA tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Biar tidak terjerumus, anak-anak bisa aktif dalam IPM ataupun Forum Anak Butta Toa" tambahnya.
Perilaku seks negatif telah menggiring laki-laki dan perempuan khususnya remaja ke lubang hitam yang dalam. Dimana memunculkan beragam permasalahan remaja, 90% diantaranya melakukan light petting. Sebesar 80% remaja melakukan heavy petting. Lalu muncul pula perilaku onani-masturbasi yang mencapai 2 kali sehari hari atau sekitar 62%. Perilaku ini kerap muncul karena menonton video porno yang bisa dijumpai pada gadget atau perangkat pintar yang kini dimiliki hampir seluruh anak Indonesia. Akibatnya kasus aborsi yang pelakunya adalah remaja meningkat tajam sebesar 30% dari 2,3 juta kasus aborsi/tahun. (AMBAE)
salam #AMBAE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H