Mohon tunggu...
Amazaynia Zain
Amazaynia Zain Mohon Tunggu... -

Just Succeed to be Suckseed

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia Adalah Tuan Rumah di Negara Sendiri

2 Maret 2014   06:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam bahasa daerah. Dari ujung sampai ke ujung Indonesia terdapat bahasa yang berbeda. Tetapi Bahasa Indonesia-lah yang menjadi bahasa pemersatu bangsa.

Tetapi globalisasi, sekali lagi globalisasi karena banyak orang yang menyalahkan globalisasi, telah membuat bahasa lain masuk ke Indonesia dengan mudah. Bukan masalah, jika pada akhirnya hal itu tidak membuat generasi penerus bangsa melupakan bahasanya sendiri.

Kita tahu, sudah menjadi rahasia umum, bahwa sekarang banyak sekali anak kecil yang sudah pandai berbicara bahasa Inggris. Umumnya adalah mereka yang berasal dari keluarga menengah ke atas atau memang memiliki garis keturunan orang asing. Tiap kali diajak berbicara, mereka selalu menggunakan bahasa Inggris dan jarang sekali atau hampir tidak pernah berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

Tidak ada salahnya jika anak – anak itu diajari bahasa asing sejak dini. Tetapi tolong jangan lupa untuk lebih banyak mengajarkan bahasa Indonesia, karena ini Indonesia, bukan Inggris atau Amerika atau negara lain yang berbahasa ibu bahasa Inggris.

Sekarang sudah menjadi tren bahwa berbahasa Inggris adalah sesuatu yang keren. Di mana – mana bahasa Inggris tersebar. Dan kalau ada orang yang tidak bisa berbahasa Inggris, bisa – bisa orang itu disebut primitif.

Apa benar mereka primitif?

Kita lihat, di Jepang, orang – orang tidak terlalu menjunjung bahasa Inggris. Bahasa Inggris tidaklah menjadi prioritas utama. Dan kalau ada orang asing yang ingin berkunjung ke Jepang, hendaknya dia belajar bahasa Jepang terlebih dahulu agar bisa mudah berinteraksi dengan orang asli Jepang. Justru dengan dijunjung tingginya bahasa Jepang, bahasa tersebut menjadi lebih terhormat. Sekarang pertanyaannya, apakah orang Jepang primitif?

Mari kita ambil contoh dari satu negara di Asia Tenggara yang tidak berbilingual, Thailand. Kalau di Filipina, kita masih bisa dengan mudah menemukan orang yang mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan baik. Begitu juga di Malaysia, apalagi di Singapura. Tetapi di Thailand, walaupun bahasa Inggris masuk ke sistem kurikulum pendidikan mereka, tetapi kemampuan masyarakatnya dalam bahasa Inggris rendah, masih lebih baik Indonesia. Tetapi apakah mereka primitif?

Apakah orang Jepang dan Thailand itu primitif? Tidak.

Justru orang Jepang telah menemukan berbagai inovasi teknologi yang digunakan di seluruh dunia, bahkan di negara – negara yang menggunakan bahasa Inggris. Tidak terkecuali Amerika, walaupun mungkin tidak sepenuhnya menguasai.

Bagaimana dengan Thailand? Mereka tidak primitif. Indonesia memiliki prosentasi penduduk yang mampu berbahasa Inggris lebih tinggi dari Thailand. Tetapi nyatanya, Indonesia yang pernah menyandang predikat lumbung padi Asia Tenggara justru sekarang mengimpor padi dari lumbung di Thailand. Tingkat perekonomian mereka juga lebih baik daripada di Indonesia. Apalagi, kalau anda yang membaca ini belum tahu, pendidikan di Thailand itu gratis selama 12 tahun (wajib belajar di sana adalah 12 tahun). Konversi THB (Thailand Baht) ke IDR saja THB 1 = + IDR 350. Itukah yang disebut primitif?

Yaaah... walaupu tidak dapat dipungkiri bahwa mulai sekarang banyak orang yang belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Mandarin. Alasannya sih untuk mempersiapkan diri menghadapi tahun 2015 atau alasan seperti “kalau tidak bisa berbahasa Inggris atau bahasa asing itu nggak keren” (Lucunya, saat ada orang yang bisa berbicara bahasa Arab dengan lancar, ada sebagian orang yang malah menyebut hal itu nggak keren, padahal bahasa Arab kan juga bahasa asing). Dan tidak hanya dua bahasa itu, di Surabaya kabarnya juga menyediakan bimbingan belajar bahasa Thailand bagi masyarakatnya.

Selain urusan bahasa, kenapa ya, banyak orang Indonesia yang bangga bisa bersekolah atau bekerja di luar negeri? Bahkan pintu Indonesia terbuka lebar bagi para investor asing.

Belajar di luar negeri... Oke oke saja, kalau niatnya memang ingin belajar, tapi tentu jangan melupakan Indonesia sebagai kampung halaman. Kalau niatnya hanya untuk menjaga gengsi dan terlalu membanggakan diri, mending tidak usah laah...

Bekerja di luar negeri... yang saya maksud di sini adalah mereka yang bekerja di luar negeri, di perusahaan luar negeri karena memiliki kepandaian dan keahlian tertentu (tentu maksud saya bukan mereka yang bekerja sebagai asisten rumah tangga). Bukannya lebih baik kepandaian dan keahlian tersebut diterapkan di negara sendiri? Entah dengan bekerja di perusahaan lokal, atau membuka lapangan kerja, itu jauh lebih baik daripada bekerja di perusahaan di luar negeri. Dengan bekerja di negara sendiri, tentu dapat meningkatkan tingkat perekonomian dan kesejahteraan rakyat, karena dengan membuka lapangan pekerjaan, tentu akan mengurangi dan bahkan bisa menghapus pengangguran.

Tentang investor asing... entah kenapa pintu Indonesia terbuka cukup lebar untuk mereka. Bukannya sumber daya alam dan manusia yang ada di Indonesia ini lebih baik dimanfaatkan oleh orang – orang Indonesia sendiri, oleh investor dalam negeri? Bukannya kalau sumber daya alam di Indonesia ini dimanfaatkan oleh investor asing tidak akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi Indonesia daripada keuntungan yang didapat oleh investor asing itu? Entahlah. Negara. Ini.

***

Oke lah... tidak masalah kalau memang ingin mempersiapkan diri atau memang ingin mempelajari bahasa asing. Tetapi, lebih indah lagi kalau bahasa Indonesia dapat menjadi tuan rumah yang tentu berkuasa di rumahnya sendiri. Kita juga bisa mempelajari bahasa asing untuk menyebarkan bahasa Indonesia di luar negeri.

Begitu juga dengan banyaknya orang asing yang menanam investasi di Indonesia, memang menguntungkan. Tetapi tentu lebih menguntungkan lagi kalau anak negeri lah yang memanfaatkan sumber daya alam milik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun