Di dalam Al Quran banyak pembahasan mengenai bernegara, baik yang bersifat rujukan aturan maupun kisah sejarah. Salah satu yang menarik dan telah saya sampaikan dalam beberapa kesempatan adalah kisah negeri Nabi Sulaiman AS yang ada dalam surat An Naml.
Penjelasan mengenai negeri Sulaiman dimulai dengan penegasan pentingnya ilmu pengetahuan dalam islam. Ayat 15 Q.S. An Naml berbunyi, "Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengatakan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman.'"
Kecintaan kepada ilmu pengetahuan diajarkan oleh Islam dalam banyak kesempatan dan dalam konteks negeri Sulaiman, kecintaan kepada ilmu pengetahuan menjadi dasar berkembangnya kekuatan teknologi, ekonomi, dan militer, serta berujung pada kesejahteraan negeri di bawah kekuasaan Nabi Sulaiman AS.
Kemampuan militer negeri Sulaiman tidak hanya bertumpu pada kekuatan fisik yang digambarkan dengan tentara jin, manusia dan burung yang diatur tertib dalam barisan, tetapi juga kemampuan surveillance yang disimbolkan oleh informasi yang dibawa burung hudhud.
Penjelasan betapa Islam mengapresiasi unggulnya ilmu dibanding otot juga bisa kita pelajari dari dialog tentang keinginan untuk membawa singgasana Ratu Balqis dari Kerajaan Saba (di sekitar Yaman sekarang) ke istana Sulaiman di Palestina. Anggota pasukan Sulaiman yaitu Ifrit dari bangsa jin mengatakan ia mampu membawa singgasana itu sebelum Sulaiman bangkit dari duduknya.Â
Ifrit juga menepuk dada dan mengatakan dirinya benar-benar kuat dan dapat dipercaya. Kekuatan Ifrit kalah oleh seseorang yang mempunyai ilmu dari kitab. Ia berkata, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Â
Ketika melihat singgasana itu sudah ada di sisinya, Sulaiman berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Akhirnya Ratu Balqis menyatakan menyerahkan diri bersama Sulaiman kepada Allah SWT setelah melihat istana terbuat dari kaca yang licin, yang disangkanya air hingga tersingkap gaun dan memperlihatkan betisnya. Balqis menyerahkan diri bukan karena invasi senjata atau kekerasan, melainkan diyakinkan oleh keluasan ilmu dan kecanggihan teknologi yang dimiliki Sulaiman.
Working Ideology di Gelombang Ketiga
Dalam buku Gelombang Ketiga Indonesia (2014) saya menjelaskan pentingnya working ideology bagi suatu bangsa. Working ideology adalah sistem nilai yang mampu bekerja membentuk konsensus, cara pandang dan tindakan kolektif masyarakatnya.