Mohon tunggu...
Anis Matta
Anis Matta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Masa Depan Penuh Badai Putin, Xi Jinping, dan Erdogan

19 Maret 2018   19:07 Diperbarui: 20 Maret 2018   01:27 2888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Mikhail Klimentyev/AFP/Getty Images)

Di Perancis, di tengah ketegangan ekonomi dan politik, Emmanuel Macron dari partai baruLa Rpublique En Marche! yang berideologi liberalisme-sentris menang telak dan berhasil menghalau populisme dan ultranasionalisme yang diusung Marine Le Pen bersama partai Front Nasional yang didirkan ayahnya, Jean-Marie Le Pen.  

Pada awal 2018, kekuatan ultranasionalis di bawah bendera "Five Star Movement" memenangkan pemilu Italia. Sebenarnya jauh sebelum itu, trend itu sudah dipelopori oleh Victor Orban dari Partai Fidesz yang berhaluan nasionalis-konservatif dan populis Kanan di Hongaria.

Pembelahan nasionalis versus neoliberal adalah contoh kegamangan strategis menghadapi transisi panjang dalam sistem global setelah krisis besar 2008. Kegamangan di tengah ketidakpastian adalah pertanda awal dari gejala ketidakteraturan global (global disorder) dimana peristiwa-peristiwa besar terjadi tanpa kendali.

Arab Spring di penghujung 2010, atau hanya dua tahun setelah krisis 2008, adalah contohnya. KontraArab Spring yang terjadi pada 2013 dengan kudeta atas Mohamed Morsi di Mesir, menandai babak baru dalam percaturan geopolitik global, yaitu global chaos.

Kini, di planet kita ada tiga titik konflik besar, yaitu sengketa Krimea-Ukraina di Eropa yang memperseterukan Rusia dengan NATO; konflik Syria di Timur Tengah; dan Asia Pasifik (Semenanjung Korea dan Laut China Selatan). 

Di situ semua kekuatan utama dunia---AS, China, Eropa dan Rusia---terlibat langsung. Tensi konflik yang terus memanas menyebabkan setiap insiden kecil bisa memicu perang global setiap saat.

Untuk menghadapi tantangan besar yang oleh para pemikir strategis disebut "stormy future" atau masa depan yang penuh badai itu, para pemimpin itu bertahan. Kekuatan utama mereka terletak pada fakta bahwa mereka menggabungkan horizon pengetahuan yang luas yang terfomulasi dalam narasi besar mereka, serta kemampuan eksekusi yang andal. 

Mereka adalah para pemimpin yang efektif dan efektivitas mereka memberi kepastian dalam kehidupan kolektif rakyat. Di tingkatan politik, konsolidasi elite terjaga dan memastikan agenda kenegaraan berjalan lancar. Itu justru keunggulan yang hilang di tengah kegamangan akibat pembelahan yang tajam yang melanda para elite AS dan Eropa.  

Anis Matta, pengamat politik internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun