Dan, kami mengepal tangan
Bukan untuk menghentak ke depan
Kami memecah udara ke angan
Mengacungkan kepalan tangan kami
Menumpas kebringasan akan kekuasaan
Yang bersemai dalam dawai-dawai bangsa
Oleh rupa yang berbeda mereka temui kami
Dengan topeng-topeng manis seolah memberikan hadiah sebuah utopis
Tak ayal sebilah pedang tersimpan dibalik tubuh bengis
Merekah hidung penuh darah dari para mahasiswa
Tersungging senyum penuh nanah dari bibir mereka
Berdentum – dentum suara tembakan aparat
Berpesta senjata ditengah kesengsaraan yang menjerat
Kami, mahasiswa dengan miris bersuara
Dengan kerongkongan tercekat akan cinta keluarga
Namun juga tak bisa diam mempertahankan nyawa melihat tingkah penguasa
Kami mengepal tinju untuk bersatu
Menabuhkan genderang untuk menyerang
Menusuk relung-relung hati para tirani
Bahwa rakyat kecil ini juga bernyali
Kami dicaci dimaki
Kami diseret tanpa hormat
Jaket almamater kebanggaan kami dirobek dengan hina seperti wajah mereka
Kami marah, karena kami ingin rakyat sejahtera
Urusan nyawa urusan kedua
Yang penting kami bersuara
Yang penting kami didengar
Cukup sudah cumbui kami dengan erotika gedung pencakar langit
Yang mengahalangi kami mendengar mereka yang menjerit
Cukup sudah tipu kami dengan kebijakan palsu
Yang membungkam kami untuk berujar satu
Jika harus mati, matilah
Setidaknya kami sudah tunaikan sedikit makna sebagai mahasiswa
Dan, terlepas sudah jiwa dan raga
Dari ragangan kejam para pemakan uang haram
Lanjutkan kami wahai kawan....
Depok, 31 maret 2012
P.S:Â puisi ini untuk seluruh teman mahasiswa Indonesia, terutama yang sudah berani berdemo, bergerak dan menolak kenaikan BBM demi kepentingan rakyat 30-31 Maret 2012 lalu. Dan diperuntukkan khusus untuk mahasiswa UI yang mengawal sidang paripurna lalu diseret keluar oleh pamdal DPR. Hidup Mahasiswa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H