Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

PT BCA Tbk Peduli Pelestarian Penyu, Kalau Kamu?

28 Desember 2016   19:34 Diperbarui: 28 Desember 2016   19:37 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kamu tahu kalau penyu belimbing adalah seorang traveler sejati?

Apakah kamu juga tahu kalau penyu belimbing bisa bertelur hingga ratusan butir dalam sekali masa berkembang biak?

Apakah kamu juga tahu kalau penyu belimbing bisa berbobot 800 kg lebih dengan diameter 1,2 meter? Amazing facts kan?

Keren banget ya!

Betul banget!

Jadi begini ceritanya…

Indonesia adalah tempat berkembang biak bagi berbagai jenis penyu dunia, seperti penyu belimbing, penyu hijau, penyu …. Karena 6 dari 7 jenis penyu di dunia ada di Indonesia. Ini kalian harus bangga. Alam tropis kita yang nyaman buat leyeh-leyeh dan pasirnya yang hangat sangat memungkinkan penyu mampu menetaskan telurnya dengan baik. Sayangnya dari ratusan telur yang dihasilkannya kamu takkan pernah bisa membayangkan jika yang akhirnya jadi tupi (si baby penyu imut unyu) itu bisa 1-2,5% dari keseluruhan telur yang dibenamkan dalam pasir oleh si mama penyu. Loh…kok bisa? Bisa banget! Ini alasannya.

Dari ratusan butir telur yang ditanam si mama penyu, banyak di antara telur itu yang tak memiliki kuning telur, jadi takkan bisa menetas kan?  Alasan ke dua, banyak tangan-tangan jahat yang menggali telur-telur penyu itu untuk dijual dan dijadikan jamu, obat tradisional, suplemen dan hal-hal begitu. Buat pemburu telur penyu, sekali gali bisa menemukan ratusan telur jelas rejeki nomplok. Tapi buat si penyu dan alam, jelas itu bencana besar, yang bisa mengganggu kelangsungan hidup si penyu.

Penyebab ke tiga, begitu si tupi berhasil menetas, dan ia berjuang untuk berenang menuju pantai sudah serangkaian predator menanti untuk memangsanya. Dari manusia, musang, dan binatang karnivora lainnya juga kondisi alam yang tak ramah untuknya seperti lingkungan alam sekitar yang sudah rusak ekosistemnya, sehingga ia keracunan, atau tumpahan minyak dan sampah. Penyu sangat menyukai ubur-ubur sebagai makanan. Warna ubur-ubur yang bening itu mirip dengan plastic yang mengambang di lautan. Dengan semangat ia telan si sampah plastic dan akhirnya si penyu mati tercekik tak bisa menelan sampah. Kasihan kan?

Begitu si tupi sudah sukses berenang ke laut eh..ia tersangkut jaring ikan nelayan. Mati terjerat jala plastic atau tersangkut jarring dan dijadikan peliharaan di darat dan berakhir mati karena stress. Tuh kaan..jangan pelihara hewan liar ya? Kita berbeda kondisi dengan mereka. Kalau mau lihat hewan liar, datang saja ke kebun binatang tidak usah dipelihara. Kasihan,..hidupnya takkan bahagia.

Yang terakhir nih….penyu begitu menetas, dia seperti sudah dibekali GPS untuk menuju daerah pembesarannya sebagai masa transisi dari bayi ke anak-anak dan remaja. Jadi dimanapun ia menetas, sekelompok telur yang menetas bersama itu tahu ke mana mereka harus menuju , sampai akil balighnya. Lalu mereka akan berkelana, mengembara, mencari makan ke berbagai lautan tak Cuma di Indonesia tapi seluruh penjuru dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun