“Aku rela di Penjara Asalkan Bersama Buku, karena Bersama Buku Aku Bebas” Muhammad Hatta
Buat kita, quote ini mungkin terdengar ekstrim. Tapi buat para pecinta pengetahuan, buku bisa membawa kita terbang ke wilayah manapun yang bahkan tak bisa kita jangkau dengan tubuh kita, buku mampu membawa imajinasi kita mengembara melewati batas waktu dan tempat. Dan Bung Hatta menyadari betapa ampuhnya buku mampu mendongkrak kualitas diri seseorang.
Asal kita tahu, bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat 60/61 tingkat literasi dunia! Satu tingkat di bawah Somalia! Bayangkan! Betapa memprihatinkannya, 1 buku untuk 52 orang di Indonesia, padahal kita bukan negara miskin. Padahal kita semua sudah paham di luar kepala jika buku adalah jendela dunia. Tak ada orang hebat yang terlahir tanpa buku dan kecintaan pada ilmu pengetahuan.
Semua tokoh ilmuwan dan orang-orang besar merangkak menjadi besar dengan bantuan buku berisi pengetahuan dan khayalan yang selalu membuat mereka lapar untuk terus mengkonsumsi buku. Di Jepang dimana-mana orang membawa buku untuk dibaca. Begitupun di negara-negara maju di Eropa. Bahkan Pengarang JK. Rowling mendapatkan kekayaan melebihi kekayaan Ratu Elizabeth yang dikumpulkan dari abad ke abad dari keindahannya dalam berimajinasi dalam serial Harry Potter.
Anak-anak Indonesia lebih menyukai menonton televisi, menikmati sosmed hingga susah untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, dan anak-anak Indonesia lebih menyukai mencari informasi daripada membaca buku. Jadi begitu mereka memperoleh informasi yang diinginkan mereka stop sampai di situ. Sementara buku menuntut orang untuk berkonsentrasi saat membacanya. Tapi dengan membaca itulah anak bisa menambah wawasan, memancing imajinasi dan menumbuhkan ide-ide kreatif,” demikian penjelasan Ibu Tjut Rifamutia, Dekan Fakultas psikology Universitas Indonesia dalam acara Launching Program CSR BCA, “Café BCA 5 #BukuUntukIndonesia” di Menara BCA lantai 22 pada Rabu, 15 Maret 2017.
Hadir pula pada acara Café BCA 5 #Buku Untuk Indonesia Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Gandi, Ibu Tjut Rifa Mutia , Andi F Noya, Host Kick Andy dll. Beberapa tokoh yang menjadi nara sumber dalam acara ini mengungkapkan betapa besar peran buku dalam kehidupan mereka.
Pak Yahya menambahkan, “Karena berasal dari keluarga sederhana saya lebig banyak membaca dari buku-buku yang ada di perpustakaan. “Saya tak punya pilihan lain selain harus lolos masuk UI, karena saat itu PTN, Perguruan Tinggi Negeri murah biayanya. Saya tak punya opsi untuk masuk Trisakti atau perguruan tinggi swasta lainnya karena kesanggupan orang tua saya hanya di perguruan tinggi negeri. Setiap hari saya harus menahan nafas, karena harus mencium ketek banyak orang karena harus berdiri berdesak-desakan di angkutan umum menuju Kampus di Fakultas Ekonomi UI. Tapi dalam perjalanan itu saya berjanji pada diri sendiri untuk segera menghentikan nasib mencium ketek setiap orang dengan berusaha keras memperjuangkan hidup yang lebih baik.”
Acara Café BCA 5 untuk gerakan Buku Untuk Indonesia hari itu penuh dengan inspirasi orang-orang yang sukses. Tak seperti di Pulau Jawa, di luar Pulau Jawa buku menjadi barang langka, susah diperoleh begitupun kualitas isi bacaannya padahal buku adalah salah satu kebutuhan bangsa untuk mencerdaskan generasi muda.
Karena itu BCA melalui kegiatan CSR mengadakan Program #BukuUntukIndonesia untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik dari generasi ke generasi. Dan,…semua nasabah BCA diberi kesempatan yang sama oleh BCA untuk ikut menyumbang dana untuk kegiatan Buku Untuk Indonesia ini dengan mengirimkan dana minimal Rp 100.000 yang akan memperoleh voucher. Dan voucher tersebut dapat ditukarkan dengan kaus BCA di BliBli.com. sebagai rasa terima kasih BCA karena telah berpartisipasi dalam program Buku Untuk Indonesia yang akan disumbangkan ke anak-anak sekolah di pedalaman Indonesia.