Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Wisata Religi Jakarta Utara, Sebentuk Refleksi Diri di Masa Ramadhan

29 Maret 2024   21:30 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:53 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
   Sumber air yang tak pernah kering sebagai karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus. Foto Shita R

                                                                                                                  

Berhati-hatilah dengan apa yang kamu inginkan dan pikirkan. Bisa jadi semesta memberikan jawabannya dalam waktu tak terlalu lama. Itulah yang saya alami beberapa waktu lalu. Sebagai orang yang sudah puluhan tahun bermukim di wilayah Jakarta Depok Bogor dan dimulai ketika bermudal nol puthul tinggal di daerah Pondok Kelapa, dan akhirnya berpindah pindah tempat meski masih sekitar Jakarta, sudah lama saya ingin nyekar ke Makam Habib Hesein bin Abu Bakar Alaydrus sebagai pendiri Masjid Luar Batang serta Makam Mbah Priok yang keduanya terdapat di daerah Tanjung Priok. 

Membayangkan kemacetan, panas yang menyengat dan segala keriuhan pelabuhan, (karena melewati jalan tol Priok saja sudah uji nyali buat saya karena mobil menjadi sangat mini di antara trailer raksasa yang melaju kadang dengan kecepatan cukup tinggi). Untunglah semesta mendukung. Heran saya, kenapa kalau permintaan dan keinginan yang begini selalu menemukan jalannya dengan cepat tapi mimpi mimpi yang besar harus berjuang bertahun-tahun ya? Ada yang sama?

Ya..Alhamdulillah semesta mendukung, Allah SWT mendengar doaku. Wisata Kreatif Jakarta (WKJ) https://www.wisatakreatifjakarta.com/    bekerja sama dengan Parekraf Jakarta Utara https://www.instagram.com/parekrafjakut/?hl=en   dan Koteka https://www.instagram.com/kotekasiana/ mengadakan acara "Wisata Religi Jakarta Utara". Dengan penuh harap ikut mendaftar lewat jalur KOTEKA. Alhamdulillahhirobbilaalamiin....... terima kasih Ya Allah, kata Baim. 

Maka pada Sabtu 23 Maret 2024 dimulai pada pukul 13.00 WIB para peserta telah berkumpul di Kantor Walikota Jakarta Utara. Setelah absen dan pembagian kelompok berdasar dua bis yang ada, dengan dilepas Kepala Sub Dinas Parekraft Jakarta Utara kami berangkat menuju tiga lokasi wisata yaitu Masjid Luar Batang, Islamic Centre Jakarta dan Masjid Ramli Musofa yang merupakan masjid indah bernuansa Taj Mahal yang berdiri anggun di depan Danau Sunter Jakarta. Bisa dilihat kegiatan asyik kami di sini. 


Dalam perjalanan menuju lokasi, Mba Inces selaku pemandu wisata dari WKJ bercerita bagaimana sejarah berdirinya Masjid Luar Batang. Sebelum menjadi penyebar agama Islam, Habib Husein dilahirkan di Yaman Hadramaut dan dibesarkan oleh ibunya sebagai yatim. Sebagai anak yatim kehidupan mereka sangat sederhana. Husein kecil dulu anak yang sangat "aktif" sehingga ibunya yang kesal menghukum dan mengurungnya di gudang dan menugasinya untuk memintal benang. Ibunya bekerja sebagai pemintal benang yang dimiliki tetangga. Setiap pagi si Ibu menuju ke gudang mendapati Husein kecil tertidur pulas tapi pintalan benangnya telah terselesaikan dengan baik. Dia takjub bagaimana seorang anak kecil bisa menyelesaikan pekerjaan yang biasanya diselesaikan oleh beberapa orang dewasa dalam waktu beberapa hari? Maka pergilah sang Ibu membawa Husein kecil kepada seorang ulama, yang menyatakan bahwa Husein kecil kelak akan menjadi ulama besar. Jadi Sang Ulama berpesan pada ibunya agar Husein memperdalam ajaran agama Islam, bertirakat dan Ibunya harus bersabar atas segala tingkah lakunya dan meminta agar merahasiakan kelebihan Husein. Ibunya pun menyanggupi. 

Ketika beranjak dewasa, Husein meminta ijin ibunya untuk mensyiarkan agama Islam. Menumpang kapal para pedagang India, sampailah ia di Gujarat dan menyebarkan agama Islam di sana. Konon tanah Gujarat yang kering dan tandus berkat karomahnya menjadi subur dan hijau. Masyarakat mulai banyak yang memeluk agama Islam. Islam berkembang dengan pesat di Gujarat. Karena misinya berhasil, Habib Husein pun merasa saatnya menemukan tempat baru lainnya untuk mensyiarkan agama Islam. Dengan menaiki kapal pedagang Gujarat, beliau mengarungi samudera berlayar dan berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa, yang saat itu menjadi wilayah kekuasaan Belanda, di Batavia. Saat itu Sunda Kelapa adalah pelabuhan penting dan besar Asia, tempat rempah rempah diangkut ke Eropa. 

Habib Husein mendirikan surau dan mulai berdakwah dan diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat sekitar. Banyak orang datang untuk mempelajari Islam dan minta didoakan, terutama orang-orang yang sakit. Banyaknya orang yang berminat masuk Islam dan membuat surau tersebut ramai membuat kuatir pemerintah Batavia. Maka Habib Husein dipenjara. Selama di penjara dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, membuat pemerintah VOC menyadari kelebihan beliau. Akhirnya mereka minta maaf dan membebaskannya.     

Minaret masih asli dari pertama kali berdiri pada abad 18. Foto Shita R
Minaret masih asli dari pertama kali berdiri pada abad 18. Foto Shita R

Suatu saat, ada seorang Tionghoa dari kapal pedagang datang dengan pakaian basah kuyup, datang ke suraunya meminta perlindungan. Rupanya ia diburu oleh pasukan Kompeni karena tuduhan tertentu hingga diharuskan dihukum mati. Habib Husein melindunginya, ketika pasukan Belanda datang untuk menangkapnya. Pasukan Belanda segan pada beliau dan tawanan tersebut akhirnya selamat. Ia lalu masuk Islam menjadi murid setia Habib Husein dan berganti nama Abdul Kadir. Pada suatu hari saat berada di Gambir Habib Husein dan muridnya Abdul Kadir melihat seorang sinyo (anak laki-laki Belanda) berjalan jalan dengan pengasuhnya. Habib mendekatinya mengelus dada kirinya dan meminta pengasuh menyampaikan pada orang tua si sinyo untuk menjaga baik baik anaknya karena suatu saat ia akan menjadi pejabat besar di Hindia Belanda. Bertahun tahun kemudia sinyo tersebut memang menjadi Gubernur Batavia di usia muda dan ia ingat wasiat ayahnya untuk menyatakan terima kasih pada Habib. Karena menolak diberi uang, akhirnya Gubernur menghadiahkan tanah di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa untuk didirikan Masjid oleh Habib Husein. Masjid tersebut menaranya masih berdiri tegak saat ini. Saat Habib Husein meninggal di usia muda dibawah 40 tahun, berdasar peraturan pemerintah Hindia Belanda, semua warga yang meninggal harus dimakamkan di Tanah Abang. Rupanya jenazah Habib Husein saat diangkat dengan keranda mayat (biasa disebut batang) ketika sampai pekuburan hilang, dan ini berlaku tiga kali  jenazahnya selalu keluar dari batang (keranda mayat). Akhirnya masyarakat memahami bahwa almarhum kemungkinan besar hanya mau dimakamkan di tanahnya saja. Maka beliau dimakamkan di masjid yang kemudian disebut Masjid Luar Batang. Saat terjadi renovasi perluasan masjid, makam beliau dan muridnya dibuatkan satu ruangan tersendiri tapi masih satu bangunan dengan masjid. Habib Husein meninggalkan sumber air yang airnya tak pernah kering dan dipercaya sebagai karomah (karunia) beliau. Konon air ini dipercaya berkhasiat dan memiliki keberkahan untuk masyarakat sekitar. 

   Sumber air yang tak pernah kering sebagai karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus. Foto Shita R
   Sumber air yang tak pernah kering sebagai karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus. Foto Shita R
                                              

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun