Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Maafkanlah Mereka yang Menyakitimu, Demi Kebaikanmu Sendiri

29 April 2023   19:10 Diperbarui: 29 April 2023   19:13 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maafkanlah mereka yang menyakitimu, demi kebaikanmu sendiri. dokumentasi Shita R

"Maafkanlah mereka yang bersalah kepadamu, Bukan karena mereka pantas diampuni, Tapi karena kamu pantas mendapat kedamaian."

Sebagai mahluk sosial, kita pasti berinteraksi dengan orang lain saat beraktivitas. Terkadang saat berinteraksi itu tercipta kesalahpahaman, persaingan untuk suatu kepentingan, kebuntuan dalam berkomunikasi yang dapat menimbulkan friksi dan konflik yang menyebabkan salah satu atau kedua belah pihak terluka.  Luka itu bisa kecil atau besar tergantung pada dampaknya terhadap kehidupan seseorang. Ada yang "hanya" berdampak sakit hati karena dihina, direndahkan, dipermalukan namun juga banyak korban yang mendapat dampak jauh lebih keras dan lebih dalam hingga mempengaruhi kehidupan mereka seperti dirugikan secara materi dalam jumlah besar, terluka, menjadi cacat, kehilangan kesempatan untuk aktualisasi diri, diselingkuhi, ditelantarkan, difitnah hingga dikucilkan banyak orang atau dipecat dari tempat kerja akibat perbuatan jahat orang-orang tak tak punya hati karena ingin mementingkan dirinya sendiri.

The Glory serial drama tentang balas dendam. Dok Netflix
The Glory serial drama tentang balas dendam. Dok Netflix

Beberapa dari kita pasti ingat serial populer Netflix "The Glory" yang dibintangi Song He Kyo yang menceritakan tentang kisah seorang perempuan yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk melakukan pembalasan dendam pada para pelaku bullying yang menimpa dirinya. Bukan hanya dampak psikis seperti direndahkan, dipermalukan, diperbudak dan dikucilkan bahkan hingga disakiti secara fisik dengan alat catok rambut yang membuat korban memiliki kerusakan fisik secara permanen dan mengakibatkan rasa gatal yang parah setiap musim dingin tiba dan menciptakan trauma berkepanjangan padanya tiap melihat catok listrik. Atau kasus penganiayaan berat yang melibatkan anak dibawah umur David dan Mari* Dandy dan anak bernama Agne* yang membuat David sebagai korban mengalami koma dan harus menjalani pemulihan dalam waktu lama dan biaya yang besar. Peristiwa ini menimbulkan kericuhan dalam masyarakat dan berdampak pada ketidakpercayaan pada hukum yang berlaku sehingga netizen bergerak membawa kasus ini agar diselesaikan aparat pemerintah yang akhirnya menyeret karier orang tuanya sebagai pegawai pajak dan menimpa tempat usaha ibunya, pemeriksaan kekayaan yang tak wajar dan pembekuan aset kekayaan serta berakhir dengan ditahannya si ayah untuk berbagai kasus kejahatan kerah putih. Sebuah karma yang luar biasa, membalikkan keadaan dengan cepat dan menyakitkan. Orang tua Dav*d menyatakan telah memaafkan perbuatan pelaku penganiayaan tetapi secara tegas meminta proses hukum harus terus berlanjut. Untuk kasus-kasus besar seperti ini jelas harus mendapat konsekuensi hukum yang berat bagi pelaku karena berdampak pada keberlangsungan dan ketertiban bermasyarakat.

Namun tidak semua korban seberuntung Dav*d yang mendapat keadilan dengan segera. Terkadang, untuk kaum marjinal mereka tak berdaya melawan pelaku karena keterbatasan sumber daya dan ketiadaan akses pada kekuasaan sehingga pasrah menerima nasib sebagai korban. Begitupun Moon Dong Eun yang memilih balas dendam dengan caranya sendiri dengan mendedikasikan seluruh hidupnya pada satu tujuan, melakukan aksi balas dendam yang tak akan terlupakan oleh para pelaku kejahatan yang bahkan tak pernah mau mengatakan maaf dan menyesal atas perbuatan mereka di masa lalu.

Tetapi kita harus kembali pada realita kehidupan. Jelas, tidak banyak orang mengalami perlakuan bullying secara ekstrim seperti Moon Dong Eun yang tak percaya lagi pada sistem hukum. Di kehidupan nyata, yang sering kita jumpai adalah orang-orang yang melakukan fitnah, pengucilan, pencemaran nama baik, melakukan penghianatan, diselingkuhi dan ditinggalkan begitu saja, atau mempermalukan dengan hinaan yang menyakitkan yang menghancurkan harga diri. Tentu saja ini perbuatan buruk yang tak termaafkan. Namun tak semua orang bisa melakukan pembalasan yang setimpal. Meski dalam hati kecil ingin melakukan pembalasan namun pada kenyataannya tidak semua orang bisa melakukannya. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang yang disakiti?

Pertama kita harus menyadari dan menerima bahwa hal menyakitkan tersebut telah terjadi pada kita. Jika kita mengingkari kenyataan bahwa hal itu menimpa kita maka reaksi kita akan menjadi melenceng dari solusi yang seharusnya. Terkadang terkubur di alam bawah sadar yang kemudian jika terus bertumpuk akan menyebaban penyakit jiwa. Saya pernah memiliki seorang teman yang sangat baik sehingga kami satu sama lain saling percaya dan terbuka saat memiliki masalah. 

Suatu hari dia cerita, kalau pernikahannya mulai goyah setelah kutelisik ia banyak bercerita bahwa selama hampir dua tahun menikah belum sekalipun ia mampu menjalankan tugas sebagai istri karena ia menderita vaginismus (kusimpulkan dari detail ceritanya). Menurutku suaminya sudah cukup sabar dan pengertian jadi jika dia menganggap suaminya berharga alangkah baiknya jika berikhtiar untuk menyelamatkan pernikahannya. Kukatakan padanya untuk mencari solusi dengan menghubungi ahli di bidangnya. Menurutku pasti ada suatu peristiwa kelam yang membuatnya punya penyakit seperti itu. Dia lalu mencari waktu agar bisa menemukan ahli yang tepat dan harus perempuan agar ia merasa bebas bercerita. Dalam proses ia mencari ahli itu, Tuhan mengantarkannya pada pertemuan dengan teman akrab sekaligus tetangganya saat ia kecil. 

Singkat cerita, mereka ngobrol ngalor ngidul karena sudah puluhan tahun tak bertemu karena temanku ini sekeluarga pindah kediaman. Titik terang permasalahan terbuka ketika temannya bertanya,"Esmeralda (nama samaran) apakah kau sudah bisa melupakan peristiwa pahit yang pernah menimpa kita?" Temanku bengong dan tak paham yang dimaksudkannya dan akhirnya mengalirlah cerita dengan penuh air mata bagaimana waktu kecil (sekitar 7 tahunan) mereka berdua menjadi korban pelecehan seksual oleh tetangga kaya yang sudah dewasa namun si pelaku tak diproses karena memiliki bekingan. Jadi orang tua temanku akhirnya memutuskan pindah rumah. Setelah cerita mengalir ini, runtuhlah seluruh dinding rahasia yang selama ini dia simpan di alam bawah sadar. rasa sakitnya  ia coba sangkal dan tak akui kejadiannya. Setelah ia tahu penyebabnya bergegas ia mengajak suami mendukungnya terapi dan Alhamdulillah akhirnya ia sembuh dan sudah memiliki putra dan putri yang lucu sekarang.

Ini yang dilakukan anak kecil di bawah sadar menyangkal dan melupakannya. Tetapi jika kita sudah dewasa ketika kita disakiti secara sengaja atau tak sengaja, yang pertama perlu dilakukan adalah menerima hal tersebut lalu membantu diri untuk ikhlash menerima hal itu terjadi. Kita manusia normal sih, wajar jika saat belajar iklash kita awali dengan marah dulu. Itu sangat wajar. Pertanyaan "Why me?" pun pernah kualami. Lalu Tuhan menjawab, "Why not?" Nah bisa apa kita ketika Tuhan menjawab seperti itu. Ya kalau Tuhan dengan santai menjawab seperti itu pasti kita yang gelagapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun