Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Presidensi G20 Momentum Penerapan Investasi Hijau demi Kemajuan Ekonomi Indonesia

31 Juli 2022   22:20 Diperbarui: 31 Juli 2022   22:26 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bursa Efek Indonesia juga mendukung penerapan green industri pada perusahaan yang telah go public dengan inisiatif bergabung pada system Sustainable Stock Exchange (SSE) PBB pada tahun 2019 yang mendukung Task Force on Climate related Financial Disclosure (TCFD). BEI juga menyediakan produk investasi hijau seperti green bound, sukuk hijau dan reksadana. 

Indonesia sebagai penghasil batu bara terbesar dunia  juga telah ikut menandatangani deklarasi Global Coal to Clean Power Transition (Transisi Batubara Menuju Energi Bersih) pada KTT Perubahan Iklim ke 26 (COP26). Pasar dunia menyambut baik deklarasi tersebut dan menyebabkan pasar obligasi hijau semakin bergairah dan berhasil menaikkan nilai transaksi dari USD 11 Miliar di tahun 2013 naik progresif menjadi USD 167 miliar di tahun 2018.

Presiden Jokowi menyatakan Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai target nol emisi pada 2060 diharapkan bisa lebih cepat di tahun 2040 dengan salah satu cara mendorong industri untuk mengurangi konsumsi energi fosil dengan mulai menggunakan energi baru dan terbarukan seperti tenaga matahari, tenaga angin, geothermal, penggunaan bio energi (bio fuel) dalam operasionalnya karena berdasar data, konsumsi energi Indonesia di tahun 2021 mencapai 909,24 BOE. 

Ini besar sekali, dimana industri menjadi pengguna terbesar kedua energi berdasarkan data tahun 2021 sebesar 317,5 BOE atau 35% dari total konsumsi energi, setelah Transportasi dan konsumsi rumah tangga di peringkat ke tiga sebesar 149 BOE atau 16,4% dari total konsumsi energi.

Definisi ekonomi hijau sendiri sebenarnya belum memiliki kesepakatan bersama di antara para pemimpin dunia saat ini, sehingga bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia di masa Presidensi G20 ini untuk mewacanakan definisi ekonomi hijau sesuai kesepakatan bersama yang bisa menjadi acuan dalam pengembangan ekonomi dunia. 

Bank Indonesia melalui Gubernur BI bisa mengusulkan pembahsan green economy ini di tingkat Ministerial and Deputies Meeting sekaligus menetapkan instrument-instrumen keuangan yang mendukung pelaksanaan ekonomi hijau termasuk kesepakatan trading karbon antara negara maju industri penghasil polusi dengan negara patu-paru dunia seperti Indonesia untuk mendapatkan kompensasi yang akan mendorong peningkatan investasi di Indonesia. 

Begitupun layak dibicarakan terkait kerjasa pengurangan bea ekspor impor bagi perdagangan produk yang mendukung ekonomi hijau seperti industri yang memanfaatkan bio energi, atau industri yang menerapkan kebijakan recycle packaging, zero waste atau industri yang berkomitmen dan telah aktif melaksankan program-program pelestarian lingkungan seperti reboisasi hutan, penyelamatan satwa liar di hutan atau program menumbuhkan kembali terumbu karang yang pembiayaannya diambil dari margin yang dimiliki industri.

Sumber: bi.go.id
Sumber: bi.go.id

Pemerintah perlu memberi sweetener pada para pelaku industri agar secara aktif turut menyukseskan gerakan green economy diantaranya melalui penerapan konsep Produksi, Proteksi dan Inklusi dalam aktivitas industri seperti replanting pohon di hutan pada perusahaan kayu lapis, penjernihan dan normalisasi limbah air sehingga aman saat dibuang ke sungai dan tidak menimbulkan pencemaran air pada perusahaan tekstil dan perusahaan pulp and paer misalnya. 

Bisa juga penerapan panel surya sebagai penghasil energi di tempat produksi atau kantor pusat. Bentuk apresiasi pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan yangkomit pada green energy bisa melalui pemotongan pajak, pemotongan bunga bank, atau pemotongan bea impor terhadap produk surya panel yang harganya masih tinggi.  

Penulis, sebagai orang yang bekerja di korporasi sektor industri melihat banyak industri yang peduli pada masalah penghematan bahan bakar fosil dan mulai menerapkan EBT seperti di tempat penulis bekerja telah menggunakan panel surya untuk memproduksi energi surya sebagai pengganti listrik di beberapa site industri peternakan ayam (poultry) di kandang ayam closed house  kami di wilayah Jogjakarta dan Rumah Potong Ayam (slaughter house) telah dilengkapi panel surya untuk mendapatkan sebagian dari konsumsi energi produksi perbulannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun