Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Berbicara Dalam Keheningan Musik di "The Silence Of Music"

26 Mei 2020   20:23 Diperbarui: 27 Mei 2020   18:52 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andrea Bocelli disejajarkan dengan tiga dewa musik opera dunia, The Three Tenors, yaitu Luciano Pavarotti, Jose Carreras dan Placido Dominggo. Ia dijuluki The Fourth Tenor, Tenor terbaik keempat.

Suaranya yang jernih, mengalunkan lagu-lagu opera, menyentuh jiwa pendengarnya hingga Celine dion, salah satu penyanyi yang pernah berduet dengannya menjulukinya “suara emas Tuhan”.

Lagu-lagunya hingga sekarang masih bisa dinikmati diantaranya “The Prayer”, “Time to Say Goodbye”, dan “Canto della Terra”, dan yang lainnya.

https://hollywoodlife.com/pics/the-music-of-silence-movie-photos/
https://hollywoodlife.com/pics/the-music-of-silence-movie-photos/
Sinopsis

Cerita berkisah tentang perjalanan hidup sang maestro opera, Andrea Bocelli yang dilahirkan di Tuscany, Italia pada 22 September 1958 dengan nama Amos Bardi. Terlahir dari keluarga petani yang mapan, karena rata-rata petani Eropa hidupnya berkecukupan, mereka memiliki lahan yang luas lengkap dengan alat-alat pertaniannya.

Kelahiran anak pertama dan laki-laki tentu memberikan kebahagiaan yang luar biasa bagi keluarga ini. Namun sayang, Amos menderita kelainan mata sejak masih bayi dan dia harus menjalani beberapa kali operasi untuk pengobatan matanya.

Namun, dokter menyarankan agar Amos bersekolah di sekolah khusus tunanetra agar bisa belajar dengan menggunakan huruf braille.

Meskipun awalnya ia tak menyukai sekolahnya, namun justru disekolah itulah Amos menemukan jati dirinya ketika guru musik yang mengajarnya memintanya untuk menyanyi sendiri dan dengan terharu mengatakan, “Aku tak pernah mendengar suara seindah ini.”

Amos yang di awal hidupnya kecewa hingga menggugat keberadaan Tuhan, akhirnya bisa menerima kondisinya.

Maka, mulailah ia mengembangkan dirinya. Sang Paman, yang sangat memahami Amos, membantunya meniti karir melalui berbagai kompetisi dan mencarikan ruang agar suaranya bisa dinikmati banyak orang.

Meski sempat panik karena terjadi perubahan suara karena hormon pertumbuhan, Amos akhirnya menyadari bahwa ia takkan bisa menjadi seseorang yang berarti jika bukan karena usahanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun