Andrea Bocelli disejajarkan dengan tiga dewa musik opera dunia, The Three Tenors, yaitu Luciano Pavarotti, Jose Carreras dan Placido Dominggo. Ia dijuluki The Fourth Tenor, Tenor terbaik keempat.
Suaranya yang jernih, mengalunkan lagu-lagu opera, menyentuh jiwa pendengarnya hingga Celine dion, salah satu penyanyi yang pernah berduet dengannya menjulukinya “suara emas Tuhan”.
Lagu-lagunya hingga sekarang masih bisa dinikmati diantaranya “The Prayer”, “Time to Say Goodbye”, dan “Canto della Terra”, dan yang lainnya.
Cerita berkisah tentang perjalanan hidup sang maestro opera, Andrea Bocelli yang dilahirkan di Tuscany, Italia pada 22 September 1958 dengan nama Amos Bardi. Terlahir dari keluarga petani yang mapan, karena rata-rata petani Eropa hidupnya berkecukupan, mereka memiliki lahan yang luas lengkap dengan alat-alat pertaniannya.
Kelahiran anak pertama dan laki-laki tentu memberikan kebahagiaan yang luar biasa bagi keluarga ini. Namun sayang, Amos menderita kelainan mata sejak masih bayi dan dia harus menjalani beberapa kali operasi untuk pengobatan matanya.
Namun, dokter menyarankan agar Amos bersekolah di sekolah khusus tunanetra agar bisa belajar dengan menggunakan huruf braille.
Meskipun awalnya ia tak menyukai sekolahnya, namun justru disekolah itulah Amos menemukan jati dirinya ketika guru musik yang mengajarnya memintanya untuk menyanyi sendiri dan dengan terharu mengatakan, “Aku tak pernah mendengar suara seindah ini.”
Amos yang di awal hidupnya kecewa hingga menggugat keberadaan Tuhan, akhirnya bisa menerima kondisinya.
Maka, mulailah ia mengembangkan dirinya. Sang Paman, yang sangat memahami Amos, membantunya meniti karir melalui berbagai kompetisi dan mencarikan ruang agar suaranya bisa dinikmati banyak orang.
Meski sempat panik karena terjadi perubahan suara karena hormon pertumbuhan, Amos akhirnya menyadari bahwa ia takkan bisa menjadi seseorang yang berarti jika bukan karena usahanya sendiri.