Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Memeluk Hiu di Karimun Jawa

5 September 2013   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:19 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada saat bersama anak, ada saat bersama pasangan juga ada waktu buat diri sendiri, 'me time' jalan-jalan bersama sahabat, jadi diri sendiri. Liburan tiba, horeee....! Anak-anak liburan ke rumah Yangkung dan Yangti, jadi ada peluang untuk pergi. Meski jujur, masih selalu ada rasa bersalah tiap meninggalkan anak untuk me time ini, tapi kan juga sekalian mencari peluang bisnis ya.... siapa tahu berkelanjutan. Musim panas, tak ada yang lebih sempurna selain pasir putih, ombak tenang, langit biru dan udara laut yang bersih. Terakhir datang ke Karimun Jawa, semua kenangan manis yang tertinggal. So...kenapa tak diulang? Cuma punya waktu 3 hari. Bersama Erlin langsung melesat ke ASDP yang terletak di Pantai Kartini Jepara. Sayang Nova, tak bisa ikut. Musim liburan, tiket naik kapal cepat habis! Terpaksa naik ferry KM Muria. Huaaaaaa..... saya benci naik ferry, selalu pusing dan mabuk laut. Bakalan mati gaya 7 jam di kapal #_# Benar saja. Perjalanan terasa sangat lambat meskipun mendapat tempat VIP di kapal. Keringat dingin mulai bercucuran ketika ombak besar datang, membuat kapal bergoyang naik turun. %&$#@!#....kepala saya berputar-putar. Berusaha mencari udara segar. Susah payah pergi ke geladak berharap angin laut akan membawa perubahan mood. Tapi keadaan lebih parah. Geladak penuh dengan manusia yang kepanasan, terpanggang mentari langsung. Bayangkan! Ini kapal orang apa kapal barang ya? Kalau terjadi kecelakaan atau kapal terbalik, berapa yang bisa diselamatkan? mulai ingat kecelakaan kapal yang sering terjadi di Laut Jawa dan korban hilang tak diketemukan. Saya tak mau bernasib seperti itu! Ada dua anak menunggu dibesarkan hingga dewasa. Aku mulai parno. Menghitung jumlah sekoci yang digantungkan di lambung kapal. Kiri kanan cuma ada 8 buah! Paling banter 30% seluruh penumpang kapal yang akan terselamatkan. Apa petugas tak pernah menghitung jumlah penumpang dan sekoci maupun pelampung yang dibutuhkan? Lalu ketika terjadi tragedi, hanya bilang maaf dan semua adalah takdir, musibah yang tak bisa dihindari? Kebodohan yang terus berulang. Terlalu.... Saya makin pusing melihat kenyataan. Melihat lagi nasib penumpang di geladak yang melai berkelojotn. Mereka duduk berhimpit-himpitan di lantai besi seperti dalam penggorengan. Ketika pagi penampilannya masih kece, dua jam terpanggang para penumpang cewek  mulai tumbang. Banyak yang mabuk laut. Beberapa orang pingsan lalu digotong ke VIP yang semula lapang mulai ramai penumpang atau kamar para petugas yang disewakan. Saya kembali ke VIP, melihat lemari jaket pelampung. Hanya melihat 15 an jaket di sana kali dua berarti 30 jaket! Kapal kembali bergoyang. Perpaduan miris, pusing dan parno. Saya lari ke toilet. Tak lagi bisa menahan. Jackpot......! Seluruh isi perut keluar tak bersisa, hingga wajah merah menahan tekanan perut yang masih bernafsu mengeluarkan yang sudah tak lagi bersisa. erlin mulai kuatir. Hebat! Tak sekalipun ia limbung. Saya benar-benar benci naik kapal laut! 5 jam lagi perjalanan. Alangkah lamanya....waktu berjingkat seperti nenek tua melangkah tanpa tongkat. Berusaha merekayasa otak, kalau suasana nyaman dan tentram. Mencoba tidur, tapi hilir mudik para penumpang yang jackpot ke kamar mandi membuyarkan keinginan. Sumpah! Kapok 7 turunan naik kapal ferry ke Karimun! Akhirnya pelabuhan terlihat dai kejauhan. Karimun dari bahasa Jawa  kremun-kremun yang artinya terlihat tak begitu jelas dari kejauhan. Ketika Amir Hasan, putra Sunan Muria yang juga cucu Sunan Kalijaga melihat kumpulan pulau ini dari pohon Nyamplungan yang dipanjatnya di dataran tinggi Gunung Muria. Legalah hati. Bersorak gembira akhirnya sampai dengan selamat. Dijemput dan diantar ke penginapan untuk istirahat dan membersihkan badan.

1378351958742688195
1378351958742688195
Pagi hari, perjalanan mengunjungi kumpulan pulau Karimun dimulai. Pulau Gosong, Pulau Nyamuk, Pulau Parang, Pulau Cemara, dan entah apalagi, saya lupa nam pulauanya yang begitu cantik dan bersih. Ini benar-benar surga.
13783521161904438889
13783521161904438889
Air laut jernih memperlihatkan terumbu karang yang ada di bawahnya. Ikan-ikan kecil berenang dengan gembira. Sebarkan saja remahan biskuit, dengan sigap mereka akan menyerbu remahan itu. Tak sabar untuk snorkeling. Ikan-ikan cantik,  jinak berenang mengitari badan berebut makanan. Kedalaman 2-3 meter pun terumbu cantik sudah bisa dinikmati, meskipun ada juga yang rusak akibat ledakan dan terinjak kaki para penyelam yang tak hati-hati. Sayang sekali. Ketika kaki akhirnya menginjak pasir di pulau kecil, pasirnya yang putih bersih halus membelai kulit kita. Surgaaaa.... sayang banyak pengunjung yang saya yakin sadar, meninggalkan gunungan sampah di beberapa pohon. Cuma bisa mengelus dada. Kapan ya kita berhenti bertindak bodoh dan tak peduli seperti ini?
13783527071120315843
13783527071120315843
Perjalanan dilanjutkan untuk makan siang ke pulau lainnya yang tak kalah cantik. Pemilik rumah yang juga menjual makanan telah menyiapkan makan siang kami. Ditambah kelapa muda baru dipetik (tapi harus bayar lagi)   dan semilir angin, makan siang terasa sangat nikmat. Kita bisa melihat penangkaran ikan di sini, juga cottage yang disewakan untuk honeymoon, tapi sepertinya jarang yang datang karena cottage itu terlihat tak terawat. Asal tahu saja, rata-rata pulau cantik Karimun Jawa sudah dimiliki orang asing. Nyesek dah rasanya. Kok bisa? (Apa yang tak bisa di Indonesia?). Hingga sore barulah kami pulang ke penginapan setelah menyantap ikan bakar. Keesokan harinya acara dilanjutkan ke tempat penagkaran ikan hiu. Di sini ikan buas itu diternakkan. Ada hiu putih dan ada hiu hitam. Beberapa berenang tenang di bawah permukaan air tak terlihat. Siapa mau berenang sama hiu? Tantang si pemandu wisata. Ia mengambil ikan lalu merobeknya dengan pisau, darah segar mengalir dari tubuh ikan.  Ia memasukkan ikan itu ke dalam kolam penangkaran. Bau amis darah memancing hiu muncul dengan cepat, berenang berputar-putar dengan sirip yang terlihat di permukaan. Begitupun mata yang memandang tajam mengerikan. Hiiii....mirip sekali dengan adegan film The Jaw dan Deep Blue Sea. Semula banyak yang keder. Takut digigit karena giginya memang runcing dan tajam. Perpaduan sempurna untuk merobek daging manusia. Satu persatu mulai masuk kolam berputar-putar. Pertama jelas deg-degan dan hiu-hiu hilir mudik mengitari badan. Lama-lama sifat narsis datang. Semua orang berlomba-lomba mengabadikan dengan kamera ala berbagai gaya buat dipasang di social media. Satu orang masuk kolam, baik-baik saja, selamat tanpa penyerangan yang lain segera bergabung. Hiu -hiu pasrah ketika dipegang, dielus, dipeluk dan digendong pengunjung beramai-ramai. Benar-benar sebuah penghinaan pada salah satu pemegang kuasa tertinggi rantai makanan di lautan hahaha..... Saya merasakan kulitnya yang kasar seperti butiran pasir ketika memeluknya. Kok bisa? Kok berani? Ya beranilah,... wong mereka masih bayi, baru berumur satu tahunan, hihi..... Kalau sudah besar, mau dibayar juga tak akan maulah saya turun dan memeluknya. Itu namanya cari perkara.
13783544812070432109
13783544812070432109
Hari itu, dihabiskan dengan snorkeling dan berjemur di berbagai pulau yang belum dikunjungi. Angin semilir tenang, langit cerah, hening sepoi, air jernih dan hangat. Camar-camar terbang dengan riang di bibir pantai mengincar ikan yang berenang di permukaan. Andai boleh punya rumah di pulau kosong ini. Ingin menikmati liburannya penuh seluruh bersama orang-orang yang kita cintai. Dulu, pada perjalanan pertama, saya beruntung menginap di sebuah resort, menikmati debur ombak dan pasir laut yang menyurut berpuluh-puluh meter dari garis pantai. Jangan lupa, harus memakai alas kali agar terlindung dari tusukan ekor ikan pari yang gemar sembunyi di balik pasir pantai basah di malam hari. Melihat ikan-ikan kecil yang terjebak surut berloncatan mencari air, melihat kepiting karang yang cantik dengan motif polkadot berjalan mencari makanan, melemparkan kembali ke laut belasan bintang laut biru cantik yang terjebak air surut.
137835517687210309
137835517687210309
Dan yang paling kusukai, menikmati jutaan bintang cantik berkerlip penuh pesona di atas angkasa yang bersih tanpa polusi. Serupa aurora borealis kecantikannya. Bintang-bintang berekor jatuh berlari berselang seling seperti meteor garden. Duduk menikmatinya dengan segelas kopi hangat, bergenggaman tangan bersama orang-orang yang kita sayangi, akan terpatri selamanya dalam museum ingatan. Indah sekali. Subhanallah. Aku akan selalu datang lagi dan lagi. Meskipun dengan perjalanan yang menyiksa sekalipun hehe... Tenang, ada kapal cepat kok, pantau saja jadwal keberangkatannya dan pastikan sudah beli tiket jauh-jauh hari.
13783547831390974147
13783547831390974147
Atau kalau mau yang lebih cepat dan keren berbonus menikmati gugusan kepulauan Karimun Jawa yang cantik dari atas laut dan langsung sampai Bandara Ahmad Yani, bisa sewa pesawat kecil. Cuma ..... tentu saja harus merogoh kantong lebih dalam. tapi dijamin ga rugi ke Karimun Jawa. Semoga Jepara segera punya bandara, supaya semakin banyak orang yang bisa menikmati keindahan Karimun Jawa dengan waktu tempuh yang lebih singkat. Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun