Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Para Penguasa Pantai Jepara

29 Agustus 2013   16:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:38 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika punya kesempatan untuk pulang liburan selama lebaran, kami memutuskan untuk mengunjungi berbagai pantai yang bertebaran di wilayah Jepara. Selama ini hanya dua pantai yang dikenal di Jepara, yang pertama Pantai Kartini yang berdekatan dengan Pelabuhan ASDP tempat ferry dan kapal cepat berlabuh sebelum ke Karimun Jawa dan yang kedua Pantai Bandengan yang berpasir putih. Pantai Kartini sebagai lokasi wisata, sudah tak lagi memiliki bibir pantai berpasir yang bisa dinikmati pengunjung, tetapi buat anak-anak lumayan menyenangkan karena memiliki beberapa arena bermain. Anda juga bisa mengunjungi akuarium laut berbentuk kura-kura raksasa. Sementara di Pantai Bandengan, meskipun tak banyak sarana pembasuhan dan permainan, tapi pengunjung bisa bersantai di bibir pantai menikmati ombak, pasir pantai dan sunset yang berwarna jingga. Beberapa pasangan juga menggunakan lokasi ini sebagai tempat prewedding. Beberapa pandan pantai bergerombol menjadi tempat berteduh saat sinar matahari mulai menyengat. Ada pantai tersembunyi yang menjadi tempat favorit kami. Namanya Pantai Bondo. Jika kita datang pada jam 6 pagi, akan sempat menikmati suasana seolah-olah memiliki pantai pribadi macam kalangan jetset saja. Pantai yang landai dengan pasir putih bersih, ombak kecil, tidak ada karang-karang tajam yang bisa melukai kaki, suasana sepi dan tak banyak pengunjung di sini. Pada bulan-bulan tertentu memang terkadang ada kawanan ubur-ubur yang sampai melayang di garis pantai tapi tetap cukup aman sebagai tempat berenang. Dan yang pasti tak ada sampah seperti Pantai Kuta. Sayangnya tempat pembilasan masih sangat terbatas dan kurang bersih. Andai pemerintah punya kepedulian untuk mengembangkan daerah ini maka Pantai Bondo akan segera menjadi tempat berlibur favorit warga. Ketika lapar, ada perkampungan nelayan tempat kita bisa memilih ikan, kepiting, cumi dan kerang-kerangan untuk dimasak dengan harga yang bersahabat. Anda bisa menikmati Pindang Serani, makanan khas kota Jepara. Sup ikan berwarna kuning jernih yang pedas, asem segar. Tak kalah lezat dibanding tom yam Thailand. Kuncinya pada ikan segar yang digunakan. Membuat lidah bergoyang tanpa henti. ayang Pungkruk yang dulu damai sejahtera tempat kita menikmati seafood telah berubah menjadi daerah mesum. Sungguh mengejutkan! Hanya beberapa tahun, kafe-kafe mesum dan tempat karaoke ++ liar, tumbuh cepat memenuhi pantai. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah pemerintah tak menyadarinya atau justru menutup mata?  Gadis-gadi belasan tahun, beberapa di antara mereka bahkan masih bersekolah di pagi hari berubah profesi menjadi gadis penghibur saat malam menjelang. Berpakaian minim dengan make up berani dan sikap mengundang, mereka tak segan menyapa para pengunjung pria untuk singgah. Tak mengherankan jika tingkat pertumbuhan HIV positif di wilayah kecamatan Mlonggo menduduki peringkat teratas di Jepara. Dan perkembangannya sungguh cepat! Para anggota LSM dan petugas kesehatan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap gejala ini, kadang tak bisa berhenti mengelus dada melihat jumlah penderita HIV kalangan remaja meningkat drastis. Pemerintah daerah, sudahkah anda melakukan langkah korektif?

1377768596111404761
1377768596111404761
Satu hal lagi yang memprihatinkan. Hampir semua wilayah pantai utara kota Jepara rata-rata telah dibeli oleh mahluk asing eh maksudnya orang asing. Tanah-tanah dan sawah yang berada di pinggir pantai rata-rata telah didirikan bangunan yang dibuat dengan semangat menjaga privasi. Para 'bule' ini membeli tanah dari para petani miskin melalui istri-istri lokal Jepara mereka yang rata-rata berpendidikan rendah. Meskipun di tempat terpencil, bangunan-bangunan ini telah dilengkapi kabel telpon dan listrik. Adalah sangat tidak mungkin jika Pemda Jepara beserta para aparatnya tidak mengetahui siapa pemilik sesungguhnya tanah-tanah pinggir pantai ini.
13777688431351879400
13777688431351879400
Miris saya membayangkan selain pulau-pulau indah di kepulauan Karimun Jawa yang memang rata-rata telah dibeli para WNA ternyata wilayah Jepara pun demikian adanya. Lalu apa yang akan kita wariskan pada anak cucu kita jika aset-aset daerah dikuasai orang asing. Sudah begitu tua usia republik ini tapi kita tetap saja membodohi diri sendiri.
1377768669438782137
1377768669438782137
Jadi... sebenarnya Jepara ini punya siapa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun