T
IDAK bisa atas tekanan publik lantas DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) memecat Arteria Dahlan, sebagai kader. Sebagai politisi muda energik dan vokal, Arteria kini menjabat Anggota DPR RI. Tidak mudah capaian yang diraihnya tersebut.ÂArteria kini muncul lagi dengan kontroversinya. Diduga melecehkan warga Sunda. Arteria telah meminta maaf. Ingatan kolektif tentang watak politisi di Indonesia lekas pudar.
Pressure publik masih tetap ada. Sampai muncul tuntutan dan resistensi agar DPP PDI Perjuangan memecat Arteria dari statusnya sebagai kader PDI Perjuangan. Menurut asumsi mereka Arteria merusak tatanan dan posisi elektoral PDI Perjuangan yang sedang naik daun sekarang ini. Ternyata logika parpol tidak seperti logika publik.
Arteria diciptakan sebagai sentrum isu atau bisa juga menjadi gelombang pemecah bagi kepentingan PDI Perjuangan. Keberanian, kelihaian Arteria dengan segala kelebihannya bisa menciptakan isu agar PDI Perjuangan terus dibiarkan publik.Â
Dengan begitu panggung politik nasional terus menempatkan PDI Perjuangan diposisi teratas. PDI Perjuan ramai dibicarakan sampai sukses meraih kemenangan di Pemilu 2024.
Elit PDI Perjuangan juga tidak mau meludahi muaknya sendiri. Tidak mau memperlakukan kadernya secara semena-mena. Apalagi Arteria merupakan "kader terbaik", yang cukup mewarnai percakapan di DPR RI.Â
Sangat tidak mungkin Ketua Umum PDI Perjuangan memecat Arteria. Sebab, dalam urusan mengembangkan kepentingan partai politik dan popularitas PDI Perjuangan, Arteria sangat potensial. Politisi seperti dia sangat dibutuhkan.
Punya keberanian, wawasannya luas, berpengalaman dan memiliki nyali besar. Partai politik memerlukan karakter atau syarat politisi yang seperti itu. Siap bertarung, buat keributan kapanpun.
Ini dalam perspektif percakapan politik. Singkat cerita, sekuat apapun publik menekan Ibu Ketum Megawati, tetap saja Arteria tidak akan dipecat atau di PAW dari DPR RI.
Malah dengan sikap, keberanian Arteria PDI Perjuangan diuntungkan. Artinya, selaku politisi senior dan negarawan Ibu Mega mengerti betul peran penting Arteria. Harus ada "pasukan" yang berani memberi kritik pada pemerintah, membuat sensasi. Akan merugi juga jika semua kader PDI Perjuang berpolitik secara "normatif". Takut ambil resiko, maka PDI Perjuangan akan tertinggal dan lama-kelamaan dilupakan publik.
Sosok "pemberontak" seperti Arteria harus dirawat PDI Perjuangan. Bukan dihabisi atau dibinasakan. Dengan tarian politik versi Arteria, membuat PDI Perjuangan menjadi kaya akan sumber daya manusia. Rumusnya diakhir debat publik, dan saling kecam, Arteria akan minta maaf.