Mohon tunggu...
Amarylis Ocha
Amarylis Ocha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi menari dan memasak. menyukai konten terkait sosial budaya dan kesenian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Fenomena WFC Melalui Teori Sociological Imagination

1 Desember 2023   20:55 Diperbarui: 1 Desember 2023   21:51 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada masa sekarang, fenomena WFC (work from cafe) atau nongkrong di coffee shop merupakan fenomena yang banyak dijumpai oleh masyarakat saat ini. WFC atau work from caf merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan seseorang yang mengerjakan pekerjaannya dari mana saja termasuk caf. Tidak hanya kalangan muda saja, kalangan dewasa juga sangat terpengaruh oleh fenomena ini. Di Jogja sendiri sudah banyak dijumpai coffee shop yang menyuguhkan tempat yang nyaman untuk konsumen melakukan WFC atau sekedar nongkrong saja. Fenomena ini juga tidak terlepas dari saya sendiri, coffee shop menjadi tempat yang nyaman bagi saya untuk mengerjakan tugas kuliah atau hanya sekedar nongkrong dengan teman-teman. 

Awalnya saya hanya penasaran dengan fenomena WFC, kemudian setelah saya mengikutinya ternyata mengerjakan tugas di coffee shop menjadi salah satu referensi saat pusing dengan tugas yang menumpuk. Dengan melakukan WFC, saya sendiri merasa nyaman mengerjakan tugas dan tidak mudah bosan seperti saat mengerjakan tugas hanya di rumah saja. Akan tetapi harus tetap memilih coffee shop yang memiliki suasana yang tenang dan nyaman agar tidak mengganggu saat mengerjakan tugas. 

Seminggu sekali saya biasanya pergi ke coffee shop untuk mengerjakan tugas kuliah. Saya terbiasa sendiri saat sedang WFC, tetapi tak jarang saya melakukan WFC dengan teman atau saudara saya. Menurut saya, pengalaman ini merupakan contoh tentang sociological imagination karena fenomena WFC ini memiliki pengaruh terhadap diri saya pribadi. Melalui perspektif sociological imagination ini, kita dapat melihat apa yang terjadi di dalam diri individu melalui fenomena work from cafe.

Saya mengenal teori sociological imagination Charles Wright Mills dari buku The Sociological Imagination (1959). Dalam buku ini menjelaskan pemikiran Charles Wright Mills mengenai khayalan sosiologi yaitu kemampuan untuk memahami Sejarah dan biografi serta hubungan-hubungan diantaranya dalam individu maupun masyarakat. 

Teori ini merupakan salah satu cara untuk melihat dan memahami apa yang terjadi dalam diri seorang individu. Mills berpendapat bahwa banyak orang yang menganggap bahwa masalah pribadi harus dipahami menjadi masalah dalam masyarakat, karena hal ini Mills menciptakan sebuah konsep untuk memahami individu maupun masyarakat yaitu "imajinasi sosiologi". Menurutnya konsep ini adalah sebuah perwujudan pendapat maupun perasaan seseorang yang berkaitan erat dengan struktur, proses, maupun perubahan sosial. Menurut pemahaman saya, sociological imagination adalah teori yang menitik beratkan pada bagaimana konteks sosial dapat mempengaruhi kehidupan pribadi seorang individu. Teori ini memudahkan seorang individu dalam melihat bagaimana hubungan antara situasi atau faktor-faktor sosial dengan pengalaman personal seseorang.

Teori sociological imagination pertama kali diperkenalkan oleh tokoh sosiologi yang bernama Charles Wright Mills. Beliau adalah sosiolog berkebangsaan Amerika dan merupakan seorang ilmuan sosial sekaligus kritikus paling berpengaruh di Amerika pada abad ke-20. Mills lahir di Waco, Texas, Amerika pada tanggal 28 Agustus 1916 dan meninggal pada tanggal 20 Maret 1962 pada usia 46 tahun. 

Beliau menempuh Pendidikan di Universitas Wisconsin-Madison pada tahun 1939 sampai 1942 dan University of Texas di Austin pada tahun 1939. Pemikiran Mills tentang sosiologi banyak dipengaruhi oleh beberapa tokoh seperti George Herbert Mead, John Dewey, William James, dan Charles Sanders Peirce. Kehidupan sosial politik Mills tak jauh dari banyaknya kritikan dari beberapa tokoh sosial. Tak jarang mereka mengkritik pemikiran Mills karena dianggap terlalu spekulatif dan konspirasional. Contohnya saja saat Mills mengemukakan pandangannya mengenai konsep elite kekuasaan. Namun Mills menyikapinya dengan sangat tenang dan menganggapnya sebagai pemacu untuk terus berkarya.

C. Wright Mills,The Sociological Imagination, 1959, New York Oxford University Press

Sigit Rochadi, Anatomi Teori Elit Kekuasaan Dan Teori Imaginasi Sosiologi C. Wright Mills, Sosiologika 4 (12), 1-13, 2005

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun