Mohon tunggu...
Amartya Esa Kaniyasari
Amartya Esa Kaniyasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya's Goverment Science 2020

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghapuskan Stereotip Peran Gender di Indonesia Melalui Keluarga

15 April 2021   11:17 Diperbarui: 15 April 2021   11:33 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tetapi, bagi beberapa wanita karir juga ditemukan banyak masalah untuk menyeimbangkan karirnya dengan kehidupan keluarga. Lagi dan lagi, wanita harus dihadapkan dengan beban ganda. Beberapa wanita merasa bingung untuk menjaga anak-anak mereka saat mereka harus bekerja dan suami juga harus bekerja di luar rumah, mereka kemudian membutuhkan tenaga pengasuh untuk merawat anak-anak mereka. Selain itu, banyak wanita karir yang sulit menentukan prioritas antara keluarga dan mereka sehingga mereka juga terkadang kekurangan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga mereka akibat dituntut oleh pekerjaan kantor. Hal-hal di atas juga dapat memengaruhi perkembangan anak. Anak yang kurang mendapat perhatian dari ibunya tentu akan memiliki perilaku yang sedikit berbeda dari anak-anak yang mendapat perhatian penuh dari ibunya bahkan ayahnya.

Jika kita perhatikan lagi, peran gender dalam keluarga ini menjadi lebih dinamis dan fleksibel lagi saat pandemi covid-19 terjadi. Seperti yang saya jabarkan di awal, ada banyak kebiasaan baru yang harus diadaptasi dalam menghadapi pandemi covid-19 ini. Lebih dinamis dan fleksibelnya peran gender dalam keluarga terjadi karena saat pandemi covid-19 terjadi, orang tua yang bekerja di rumah menjadi bekerja di rumah dan anak-anak melakukan kegiatan sekolah di rumah. Setiap anggota keluarga memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dalam satu rumah. Sehingga, peran gender dapat bergeser satu sama lain.

Dalam kegiatan pembelajaran di rumah selama masa pandemi ini, orang tua tentu saja berperan lebih besar untuk mendorong pembelajaran anak. Tanpa memandang jenis kelamin, peran gender akan terbentuk lagi di sini. Sosok ayah dapat menjadi penyemangat sekaligus tempat di mana anak dapat menanyakan banyak hal dan melakukan eksperimen yang berkaitan dengan pembelajarannya. Sosok ibu dapat menjadi pemberi motivasi bagi anaknya dan mendampingi anaknya dalam belajar. Orang tua merasa kegiatan pembelajaran di rumah ini lebih efektif di berbagai bidang dan berhasil mendekatkan mereka dengan anak-anak mereka lagi.

Karena kedua orang tua yang harus bekerja dari rumah, ada lebih banyak waktu yang bisa diluangkan untuk berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga satu sama lain. Banyak peran gender yang kemudian tergeser saat hal ini berlangsung. Sebagai contohnya, ayah dapat mencoba memasak bagi keluarganya bersama dengan anak-anak untuk mengisi waktu luang dan bersenang-senang. Ibu juga dapat mencuci kendaraan atau belajar memperbaiki beberapa peralatan rumah tangga dengan diajarkan oleh ayah. Peran gender ayah dan ibu menjadi lebih fleksibel dan tidak ada konflik yang terjadi karena semuanya menikmati peran gender baru mereka yang timbul saat pandemi covid-19 ini.

Tidak hanya itu, seluruh anggota keluarga juga menanamkan kesataraan gender antara perempuan dan laki-laki. Pekerjaan rumah tangga dapat dilakukan oleh ayah dan anak-anak laki-laki, dan ibu serta anak-anak perempuan dapat melakukan berbagai pekerjaan yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh laki-laki. Dari hal-hala tersebut, setiap individu anggota keluarga akan menyadari bahwa perempuan dan laki-laki dapat memiliki kesamaan peran gender dalam bermasyarakat.

Kesadaran mengenai persamaan peran gender ini akan terus bertumbuh bagi anak-anak, bukan hanya di lingkungan keluarga, tetapi lingkungan bermasyarakat yang lebih luas. Mereka akan menjadi manusia yang menghormati semua orang tanpa membedakan jenis kelamin. Mereka juga tidak ragu untuk melakukan berbagai pekerjaan yang dianggap tidak sesuai untuk jenis kelamin mereka. Anak-anak yang sudah ditanamkan persamaan peran gender dalam masyarakat sejak dini akan menjadi manusia yang adil pada sesamanya.

Maka, dapat kita simpulkan beberapa hal berdasarkan pembahasan di atas. Peran gender di Indonesia semakin bervariasi karena adanya modernisasi. Hal ini adalah sebuah hal yang baik dan harus terus dilanjutkan dalam masyarakat agar tidak terjadi pembatasan peran gender. Laki-laki dan perempuan di Indonesia harus memiliki peran gender yang sebebas-bebasnya tanpa perlu diatur oleh orang-orang lain. Laki-laki dan perempuan harus dapat menentukan peran gender mereka sendiri sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan mereka dapat jalankan.

Peran gender di dalam lingkungan keluarga juga ikut menjadi lebih fleksibel dan dinamis saat pandemi terjadi. Banyak peran gender yang tradisional menjadi lebih beragam dan tidak terpaku. Ayah dapat melakukan berbagai tugas yang biasa dilakukan seorang ibu dan begitu juga sebaliknya, ibu dapat melakukan berbagai tugas yang biasa dilakukan seorang ayah. Hal ini akan menimbulkan kesadaran kesamarataan gender pada anak sejak dini yang akan membawa banyak dampak positif ke depannya. Ikatan keluarga juga dapat terjalin dengan lebih baik saat pandemi covid-19 seperti sekarang ini.

Semua perubahan dan pergeseran peran gender dalam keluarga terutama pada saat pandemi seperti ini, kembali lagi dipengaruhi oleh modernisasi yang terjadi. Karena masuknya berbagai ilmu pengetahuan, masyarakatpun menjadi memiliki pemikiran yang lebih terbuka daripada sebelumnya. Peran gender tidak lagi didasarkan pada jenis kelamin dan menjadi lebih terbuka. Jadi, dapat kita ketahui bahwa modernisasi di bidang ilmu pengetahuan ikut membawa modernisasi di bidang peran gender di Indonesia.

Daftar Pustaka

Aisyah, N. (2013). Relasi Gender Dalam Institusi Keluarga (Pandangan Teori Sosial dan Feminis). Jurnal Muwazah Volume 5, No.2, 205-209.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun