Mohon tunggu...
amarsya anggita
amarsya anggita Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Saya seorang pekerja dan mahasiswa saya menyukai berbagai kegiatan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membangun Masa Depan Maritim: Peran Belt And Road Initiative (BRI) Dalam Transformasi Sektor Maritim Indonesia

30 Januari 2025   16:12 Diperbarui: 30 Januari 2025   16:12 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Belt and Road Initiative (BRI) adalah proyek pembangunan infrastruktur global yang diinisiasi oleh Tiongkok pada tahun 2013. Tujuannya adalah untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama ekonomi antar negara di Asia, Eropa, dan Afrika melalui pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan, dan jaringan energi(Satya Nugraha et al., n.d.). 

Dalam konteks sektor maritim Indonesia, BRI memiliki dampak yang signifikan karena melibatkan investasi besar dalam pembangunan pelabuhan, jalan tol laut, dan infrastruktur pendukung lainnya. Ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi lalu lintas pelayaran, memperluas kapasitas pelabuhan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi maritim. BRI juga mencakup program-program lain yang mendukung pengembangan industri perikanan, pariwisata bahari, dan energi laut, yang semuanya berkontribusi pada pembangunan ekonomi maritim yang lebih berkelanjutan.   

Belt and Road Initiative (BRI) bekerja melalui beberapa mekanisme inti, di mana negara-negara peserta dan Tiongkok mengidentifikasi proyek infrastruktur yang dapat meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi. Tiongkok menyediakan pembiayaan melalui bank dan lembaga keuangan seperti Bank Pembangunan Tiongkok, Bank Ekspor-Impor Tiongkok, dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)(Iskandar et al., 2022). Proyek direncanakan dan dibangun oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok dengan kerjasama dari pemerintah dan perusahaan lokal. Proyek-proyek dilaksanakan dengan fokus pada pembangunan infrastruktur fisik seperti pelabuhan, jalan tol, jalur kereta api, dan bandara. Negara-negara peserta menandatangani perjanjian kerja sama dengan Tiongkok untuk memastikan kelancaran pelaksanaan proyek dan memaksimalkan manfaat ekonomi. Mekanisme ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas global, memperkuat hubungan ekonomi, dan mendorong pembangunan berkelanjutan di negara-negara peserta. 

Indonesia memilih untuk bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI) Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki potensi ekonomi maritim yang sangat besar. Sektor-sektor seperti perikanan, pariwisata bahari, pertambangan, energi, dan transportasi laut memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Kondisi ekonomi maritim di Indonesia saat ini menghadapi tantangan seperti penangkapan ikan ilegal, polusi laut, dan kerusakan ekosistem(Xue & Sinaga, 2024) . Namun, dengan adanya BRI, Indonesia berharap dapat mengatasi tantangan-tantangan ini dan memanfaatkan potensi ekonomi maritimnya secara lebih efektif. 

BRI menawarkan investasi besar dalam pembangunan infrastruktur maritim seperti pelabuhan, jalan tol laut, dan jalan raya yang dapat meningkatkan efisiensi lalu lintas pelayaran dan pengangkutan logistik(Akbar, 2019). Bergabung dengan BRI memungkinkan Indonesia untuk meningkatkan konektivitas ekonomi dengan negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Afrika, yang dapat membuka peluang perdagangan baru dan pertumbuhan ekonomi. BRI mendukung pengembangan ekonomi maritim melalui berbagai proyek infrastruktur dan industri yang dapat meningkatkan produktivitas dan distribusi produk-produk maritim(Novilandhi et al., 2024). Pengembangan pariwisata bahari melalui BRI dapat meningkatkan arus wisatawan dan berdampak positif pada ekonomi lokal. Bergabung dengan BRI juga memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok, yang mencakup berbagai sektor seperti pendidikan, teknologi, dan pariwisata. 

Indonesia mulai secara resmi terlibat dalam Belt and Road Initiative (BRI) yang diprakarsai oleh Tiongkok, meskipun kerjasama tersebut semakin intensif di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi)(Novilandhi et al., 2024). Pada tahun 2015, Indonesia dan Tiongkok secara resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI) yang diinisiasi oleh Tiongkok(Zarkachi, 2024). Penandatanganan MoU ini menandai komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerja sama dalam pembangunan infrastruktur strategis yang meliputi sektor transportasi, maritim, dan energi. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antara Indonesia dan negara-negara lain di sepanjang jalur BRI, serta mendukung pertumbuhan ekonomi melalui proyek-proyek besar seperti pembangunan jalur kereta api cepat, modernisasi pelabuhan, dan pengembangan kawasan industri. Dengan bergabung dalam BRI, Indonesia berharap dapat menarik lebih banyak investasi asing, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat posisi strategisnya dalam perdagangan internasional, sehingga berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif. MoU ini menjadi fondasi bagi berbagai proyek kerjasama yang terus berkembang dan berlanjut hingga sekarang, termasuk proyek-proyek baru yang ditandatangani di era Presiden Prabowo pada tahun 2024(Widhiyoga et al., 2024). 

Pada tanggal 9 November 2024 Indonesia menandatangani kesepakatan kerja sama dalam Belt and Road Initiative (BRI) dengan Tiongkok. Presiden Indonesia saat itu, Prabowo Subianto, bersama Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menyaksikan penandatanganan sejumlah kesepakatan kerja sama di Great Hall of the People di Beijing(Gentle, 2024). 

(Azka, 2023)Ketika Indonesia menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Tiongkok pada tahun 2015, fokus utamanya adalah pada pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, dan jalur kereta api. Namun, pada era Presiden Prabowo pada tahun 2024, kerjasama ini telah berkembang lebih luas dan mendalam. Pada tahun 2024,Presiden Prabowo menandatangani sejumlah kerja sama yang mencakup sektor energi terbarukan, perikanan berkelanjutan, dan mineral kritis, menunjukkan bahwa kerjasama tidak hanya terbatas pada infrastruktur fisik, tetapi juga mencakup berbagai aspek ekonomi lainnya. Presiden Prabowo juga menunjukkan komitmen untuk berpartisipasi dalam inisiatif global seperti Belt and Road Initiative (BRI) dan Global South, yang bertujuan untuk membangun tatanan global yang lebih adil dan inklusif. (Akbar, 2019; Puslecki, 2024)Nilai investasi dari kerja sama tahun 2024 mencapai 10,07 miliar dolar AS, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan proyek-proyek awal pada tahun 2015. Selain itu, pada tahun 2024, ada penekanan pada kerjasama strategis di bidang Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) dan BRI, yang mencakup berbagai aspek diplomasi, ekonomi, dan keamanan. Keseluruhan kerjasama pada tahun 2024 mencerminkan peningkatan dan perluasan hubungan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok, dengan fokus yang lebih luas dan strategis. 

Proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI) di Indonesia tersebar di berbagai wilayah dan mencakup berbagai sektor.   

  • Jalur Kereta Api Jakarta-Bandung; Proyek kereta api cepat ini adalah salah satu proyek utama BRI di Indonesia. Jalur ini menghubungkan Jakarta dan Bandung dan merupakan proyek kereta api cepat pertama di Asia Tenggara.
  • Morowali Industrial Park: Terletak di Sulawesi Tenggara, Morowali Industrial Park adalah salah satu zona industri kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok yang didanai oleh BRI(Fajrin & Hidayah, 2020). 
  • Virtue Dragon Nickel Industry Park; Proyek ini juga berada di Sulawesi Tenggara dan merupakan bagian dari upaya untuk mengembangkan industri nikel di Indonesia. 
  • Pelabuhan Tanjung Priok: Pembangunan dan modernisasi pelabuhan ini juga mendapat dukungan dari BRI untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi pelabuhan di Jakarta(Azka, 2023). 
  • Jalan Tol Trans-Sumatera dan Trans-Java; Proyek pembangunan jalan tol ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah di Indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi(Akbar, 2019). 
  • Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara; Proyek pelabuhan Kuala Tanjung terletak di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, dekat perairan Selat Malaka yang sangat sibuk. Lokasinya strategis untuk menjadi pusat transit terbesar di Indonesia. Pelabuhan ini didanai dan dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dengan kerjasama Pelabuhan Rotterdam dan DP World dari Dubai melalui BRI(Akbar, 2019)  

Proyek-proyek ini dirancang untuk meningkatkan infrastruktur di berbagai sektor, seperti transportasi, energi, dan teknologi informasi, yang bertujuan untuk mempermudah konektivitas antarwilayah di Indonesia. (Kesumadiksa et al., 2024)Dengan adanya peningkatan infrastruktur, diharapkan mobilitas barang dan manusia akan lebih efisien, yang pada gilirannya dapat mempercepat distribusi sumber daya dan meningkatkan daya saing ekonomi. Selain itu, proyek-proyek ini juga mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja baru, menarik investasi domestik maupun asing, dan memperkuat sektor-sektor strategis yang mendukung pembangunan jangka panjang. Melalui perbaikan infrastruktur yang menyeluruh, Indonesia diharapkan dapat mengoptimalkan potensi ekonomi di seluruh pelosok negeri, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara lebih merata.

Belt and Road Initiative (BRI) memiliki dampak signifikan dalam sektor maritim Indonesia  :

  • Peningkatan Infrastruktur Maritim; Peningkatan infrastruktur maritim melalui Belt and Road Initiative (BRI) memberikan dampak besar bagi sektor maritim Indonesia. Proyek BRI mencakup modernisasi pelabuhan utama seperti Tanjung Priok, Kuala Tanjung, dan Makassar, yang meningkatkan kapasitas, efisiensi, dan teknologi pelabuhan untuk menangani lebih banyak kapal dan barang. Pembangunan jalan tol laut dan konektivitas darat juga memperlancar arus barang, memperkuat posisi Indonesia sebagai hub logistik regional(Kesumadiksa et al., 2024). Selain itu, proyek ini menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global. BRI juga memperhatikan keberlanjutan dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan di pelabuhan-pelabuhan yang diperbarui. Dengan demikian, BRI mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan meningkatkan peran Indonesia dalam perdagangan maritim internasional. 
  • Konektivitas Ekonomi; Dengan adanya Belt and Road Initiative (BRI), konektivitas maritim antara Indonesia dan negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Afrika mengalami peningkatan signifikan(Puslecki, 2024). Proyek-proyek infrastruktur maritim yang didukung oleh BRI, seperti modernisasi pelabuhan dan pembangunan jalan tol laut, memainkan peran penting dalam memperkuat jalur perdagangan internasional. Ini memungkinkan Indonesia untuk menjadi bagian integral dari jaringan logistik global, mempercepat arus barang dan jasa, serta mengurangi biaya pengiriman.  Peningkatan konektivitas ini tidak hanya membuka akses yang lebih luas ke pasar global bagi produk-produk Indonesia, tetapi juga memungkinkan masuknya barang-barang impor dengan lebih efisien. Sebagai hasilnya, perdagangan internasional semakin berkembang, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Dengan infrastruktur maritim yang lebih baik, Indonesia dapat memanfaatkan posisinya yang strategis di persimpangan rute perdagangan dunia, menjadikannya hubungan penting dalam jaringan perdagangan internasional.   
  • Belt and Road Initiative (BRI) menarik investasi besar dari Tiongkok dalam sektor maritim Indonesia, yang membawa dampak positif signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Dengan masuknya modal asing, berbagai proyek infrastruktur maritim seperti pelabuhan, terminal, dan jalan tol laut dapat direalisasikan dengan lebih cepat dan efisien. Salah satu contoh investasi strategis BRI adalah proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, yang tidak hanya mempercepat waktu perjalanan antara dua kota besar ini, tetapi juga mendorong perkembangan ekonomi lokal di sepanjang jalurnya(Gentle, 2024). Proyek ini menciptakan banyak lapangan kerja baru, baik selama tahap konstruksi maupun dalam operasi jangka panjang. Selain itu, modernisasi pelabuhan dan infrastruktur terkait lainnya meningkatkan kapasitas dan efisiensi logistik, yang pada gilirannya menarik lebih banyak investasi dan perdagangan internasional. Dampak positif ini memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan perdagangan global dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan dukungan investasi BRI, Indonesia dapat memanfaatkan potensi maritimnya secara optimal, memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian nasional. 
  • Peningkatan Arus Wisatawan; Dengan adanya proyek-proyek infrastruktur yang didukung oleh BRI, seperti modernisasi pelabuhan dan peningkatan konektivitas transportasi, destinasi wisata populer seperti Bali, Jakarta, dan berbagai tempat wisata lainnya menjadi lebih mudah diakses oleh wisatawan Tiongkok. Pembangunan jalur kereta api, peningkatan jaringan jalan, dan fasilitas transportasi lainnya memastikan wisatawan dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan nyaman. Jika arus wisatawan meningkat, pendapatan dari sektor pariwisata juga mengalami peningkatan yang signifikan, memberikan kontribusi besar bagi perekonomian lokal dan nasional. Peningkatan ini juga mendorong pengembangan fasilitas dan layanan pariwisata yang lebih baik, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka di dunia.
  • Kerjasama Pendidikan: BRI memfasilitasi kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Tiongkok, termasuk program pertukaran pelajar dan beasiswa. Ini membantu pengembangan sumber daya manusia di sektor maritim dan lainnya.

Apa yang telah dilakukan Indonesia dalam bergabung dengan BRI yang dipelopori oleh Tiongkok, berdasarkan teori Liberalisme, Indonesia bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI) karena kerjasama internasional ini dapat meningkatkan interdependensi ekonomi dan perdagangan antar negara, menciptakan stabilitas dan perdamaian regional melalui hubungan yang lebih erat.(Fatwa & Liberalisme, 2024) Dengan bergabung dalam BRI, Indonesia dapat memanfaatkan investasi asing untuk pembangunan infrastruktur, yang pada gilirannya meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, melalui kerjasama ini, Indonesia dan Tiongkok dapat saling mendukung dalam mengatasi tantangan global, seperti pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim. Kerjasama yang saling menguntungkan ini sesuai dengan prinsip-prinsip liberalisme dalam hubungan internasional. 

Dengan menggunakan teori liberalisme, kita dapat memahami bagaimana BRI berfungsi sebagai alat untuk mempromosikan kerjasama internasional, meningkatkan interdependensi ekonomi, dan menciptakan kondisi yang lebih stabil dan damai antara Indonesia dan Tiongkok. Liberalisme melihat BRI sebagai contoh nyata kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Tiongkok. Kedua negara bekerja sama dalam pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, dan jalur kereta api. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan perdagangan dan investasi antara kedua negara(Fatwa & Liberalisme, 2024).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun