Mohon tunggu...
Ai Maryati Solihah
Ai Maryati Solihah Mohon Tunggu... Human Resources - seorang Ibu dengan dua orang anak

Mengaji, mendidik, berdiskusi dan memasak indahnya dunia bila ada hamparan bunga tulip dan anak-anak bermain dengan riang gembira mari kita isi hidup ini dengan dzikir, fikir dan amal soleh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengubah Pola Pikir Menghalau Perdagangan Anak

6 Maret 2018   10:43 Diperbarui: 6 Maret 2018   10:47 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.sayangi.com

Awal tahun 2018 KPAI dibanjiri laporan trafficking anak yang menampakkan berbagai cara untuk tujuan eksploitasi, baik secara seksual dan ujung-ujungnya untuk kepentingan ekonomi. Kasus-kasus perdagangan anak, orang tua menitipkan, kemudian menjualnya, anak yang dijual untuk membeli narkoba, kemudian anak-anak yang dijual kepada WNA untuk eksploitasi seksual, tak lama berselang hadirnya produksi film porno melibatkan anak untuk dijual ke Luar negeri, dan yang terkini adalah gadis-gadis di bawah umur yang dijual ke surabaya untuk prostitusi melalui media sosial.

Angka trafficking dan eksploitasi anak di KPAI sampai tahun 2017 mencapai angka 295 kasus yang terlaporkan. Hal ini menandakan ancaman perbudakan modern yang menggunakan anak sebagai objek masih besar di Indonesia. Padahal usia 0 sd 18 tahun sesuai UU, anak merupakan kelompok yang seharusnya di bawah pengasuhan, kontrol dan pengawasan orang tua, sehingga memelihara, merawat dan membesarkan sekaligus menangkal dan mengantisipasi peristiwa seperti ini.

Dalam beberapa kasus, orang tua tidak tahu menahu kejadian tersebut, karena anak-anak apalagi yang sudah mulai masuk katagori remaja memiliki pergaulan yang luas, jauh dari jangkauan orang tua. Bagaimana ini bisa terjadi?, belum lagi arus deras teknologi memfasilitasi media sosial menjadi pilihan perkawanan yang sangat intim dengan kelompok anak ini sehingga semakin luas jangkauannya.

Sebagai orang tua 

Pengasuhan dan pendidikan keluarga merupakan hulu dari segala problematika yang menimpa anak. Terkadang sulit membangun komunikasi yang intens dalam mendidik anak. Mereka takut, muak dan benci sehingga menjadi kunci anak lari dan mencari perlindungan pada yang lain. Penanganan remaja yang masuk dalam katagori kenakalan membutuhkan fokus yang khusus dari keluarga. 

Prostitusi dan narkoba menjadi dua sisi yang selalu berhimpitan membuka kesempatan siapapun untuk lari dari kenyataan hidup. Terutama para remaja yang secara psikologis masih labil dan membutuhkan perhatian. Bagaimana menumbuhkan kepercayaan diri, keterbukaan, komunikasi yang cair, aturan-aturan rumah yang dialogis, reward dan punishment yang disepakati, kemudian hadirnya sosok teladan yang mampu membangun citra dan tujuan hidup, bahwa keluargalah, orang tualah yang membentuk karakter mereka. Sehingga hal apapun yang akan mereka lakukan tidak lepas dari konsultasi, komunikasi, koordinasi, bahkan menjadi radar dan imunitas tersendiri apabila bertentangan dengan panduan nilai dan norma yang selama ini ia anut di keluarga dan dibuat oleh keluarga.

Pelaku utama Trafficking juga tak segan-segan, banyak diantaranya adalah keluarganya sendiri. Mereka mencarikan orang, memalsukan bahkan menguruh dan memaksa anak-anak agar bisa menghasilkan materi bagaimana pun caranya untuk menghidupi kluarga, atau secara instan dapat hidup layak. Bahkan adanya budaya agar anak-anak ini semakin cepat berumah tangga semakin baik, pertanda tidak berat jodoh, dan secara budaya dianggap lebih baik. 

Inilah tantangan terbesar memutus mata rantai trafficking yang melibatkan keluarga, sehingga memerlukan intervensi berlapis, baik secara persoanal cara-cara berfikir seperti itu, dan intervensi nilai dalam membangun keyakinan pada nilai-nilai yang sangat merendahkan martabat anak tersebut.

Hal ini dibutuhkan untuk membangun mindsett baru bahwa anak adalah titipan Tuhan yang justru harus dilindungi diarahkan dan harus dididik agar jauh dari bahaya perdagangan orang seperti di atas. 

Persoalan kemiskinan yang menjadi pemicu serta nilai patriarkhis yang menempatkan anak sebagai aset keluarga yang boleh dilakukan apapun harus dikikis oleh wawasan perlindungan anak yang mengutamakan rasa cinta, kasih sayang dan pengasuhan yang sempurna kepada anak-anak. perilaku mereka yang mungkin menjadi penyebab lain seperti kemerosotan moral, degradasi moral bahkan jiwa-jiwa penentang dan pemberontak anak harus bisa diatasi dan dikontrol oleh orang tua sejak dini.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun