Mohon tunggu...
Amar Saktiawan
Amar Saktiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Tahun Terakhir

Selanjutnya

Tutup

Nature

Si Raja Udang yang Tergusur

19 Desember 2019   21:48 Diperbarui: 19 Desember 2019   22:04 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iNaturalist

Burung Raja Udang Meninting atau dalam bahasa ilmiah Alcedo meninting (Horsfield, 1821) merupakan salah satu jenis burung yang memiliki suara nyaring. Ciri suara kicauan burung Raja Udang Meninting terdengar nyaring dan agak melengking. Volume kicauannya tergolong cukup tinggi dengan tempo yang cukup rapat. Irama kicauannya cenderung datar dan agak monoton dengan bunyi seperti: "criitt...titt" yang dikeluarkannya secara terus-menerus. Burung Raja Udang Meninting ini memiliki ukuran tubuh sekitar 15 cm, mempunyai warna bulu punggung biru terang atau biru metalik, warna tubuh bagian bawahnya merah - jingga terang, dan warna bulu penutup telinganya biru mencolok. Warna iris matanya berwarna coklat dengan paruh kehitaman dan kaki merah. Burung Raja Udang Meninting memiliki habitat di daerah perairan tawar seperti sungai, danau, dan terkadang juga terlihat di daerah perairan payau.

Pesebaran Raja Udang Meninting tidak hanya berada di wilayah Indonesia saja, namun juga di beberapa negara di asia, seperti: India, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, dan Malaysia. Di Indonesia sendiri pesebarannya juga cukup merata seperti  Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka dan Belitung, Kalimantan, Palawan, Kepulauan Sulu, Jawa, Lombok, Sulawesi, dan Kepulauan Banggai dan Sula. Keberadaan burung Raja Udang Meninting di alam liar lebih memilih tempat tinggal yang tak jauh dari perairan, baik didataran rendah sampai perbukitan dengan ketinggian mencapai 1000 meter di atas permukaan laut.

Gaya burung Raja Udang Meninting saat mencari makanan biasanya terbang dengan gerakan cepat ke tenggeran lain sambil menggerak-gerakkan kepalanya dari atas-ke bawah. Selain itu, burung ini pun mampu menyelam dengan gerakan cukup cepat sambil menancapkan paruhnya untuk menangkap ikan. Waktu berkembangbiaknya berlangsung sekitar bulan Maret, Juni, Oktober, Desember, dan masuk kembali ke Januari. Sarang yang dibangunnya biasanya berupa saluran yang berada di dalam tanah dan dekat dengan tepian sungai.

Saat ini berbagai kerusakan alam dan lingkungan masih terus terjadi dan bahkan semakin masif saat ini. Meningkatnya permintaan akan bahan bakar fosil setiap tahun turut memperparah keadaan kelestarian alam. Belum lagi masih lestarinya pertambangan batubara sebagai salah satu sumber energi utama bagi manusia dan industrinya. Sementara di wilayah perkotaan, pertambahan penduduk yang tidak terkontrol membuat kebutuhan manusia terhadap pemukiman terus meningkat. Lajunya pertumbuhan pemukiman dan pertambahan manusia, berdampak kepada hilangnya habitat satwa dan menurunnya kualitas lingkungan sekitar. Kerusakan lingkungan dan hilangnya habitat satwa, tak hanya mengancam berbagai satwa dilindungi dan spesies unik di Indonesia. Hilangnya habitat, juga mengancam berbagai satwa yang menjadi indikator alami kebersihan dan kualitas lingkungan di perkotaan. Salah satunya, adalah burung Raja Udang Meninting.

Semakin menurunnya kualitas lingkungan, bertambahnya jumlah bangunan dan hilangnya rawa di Jakarta membuat burung kecil ini semakin sulit ditemui di alam bebas. Selain itu, faktor tercemarnya sungai dan danau tempatnya mencari pakan pun telah menghilangkan ikan dan udang kecil yang merupakan meakanan utamanya sudah tidak ada lagi. Berdasarkan indikator alami ini, tergambar jelas berapa besar pencemaran air di sungai-sungai maupun kanal-kanal. Meski statusnya dalam IUCN yaitu (Least Concern/LC), akan tetapi jumlah populasinya terus menurun akibat perubahan fungsi lahan basah dan tercemarnya perairan. Pemerintah telah melindunginya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun