Mohon tunggu...
Amar Saktiawan
Amar Saktiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Tahun Terakhir

Selanjutnya

Tutup

Nature

Biologi Laut: Ancaman"Marine Debris" di Laut

15 Desember 2019   23:51 Diperbarui: 15 Desember 2019   23:52 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habitat laut mulai dipenuhi oleh berbagai macam "Marine Debris", mulai dari kutub sampai ekuator, pantai, permukaan laut, dan laut dalam. "Marine Debris" atau sampah laut, berasal dari berbagai macam aktivitas manusia. Berbagai penelitian menjelaskan bahwa sampah laut ini membahayakan berbagai macam organisme laut dan juga berbahaya bagi kesehatan manusia. 

Jenis bahan yang paling umum ditemukan adalah kaca, logam, kertas, dan plastik dan berdasarkan literatur plastik yang paling mendominasi. Ada berbagai macam jalur masuknya sampah ke laut, yaitu melalui sungai, sistem drainase atau saluran air limbah, angin, ataupun pembuangan langsung ke laut. Sampah laut ini apabila masuk ke laut, maka akan selalu berada disana karena daya tahannya yang kuat terhadap degradasi.

Saat ini produksi plastik global meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir dari 5 juta ton per tahun pada 1960-an menjadi 280 juta ton per tahun pada 2011. Di banyak daerah kuantitas sangat bervariasi namun tetap stabil dan untuk beberapa jenis sampah terdapat bukti yang menunjukkan penurunan, tetapi tampaknya dampak yang ditimbulkan sudah tidak terhindarkan karena sebagian besar plastik tidak akan terurai dan jumlahnya dalam lingkungan laut akan meningkat dari waktu ke waktu. 

Dampak dari sampah laut pada kehidupan laut sangat memprihatinkan dan efeknya bisa sangat luas dengan konsekuensi terkonsumsi yang dianggap berbahaya. Laporan dalam literatur dimulai pada tahun 1960-an dengan kematian yang untuk hewan-hewan seperti burung, penyu, ikan dan mamalia laut. Masalah sampah laut dan potensinya yang menyebabkan kerusakan telah membuatnya diakui sebagai masalah global dan terdaftar dalam ancaman utama bagi keanekaragaman hayati laut. 

Masalah ini telah masuk ke dalam perjanjian global dan regional seperti pada Keputusan Konferensi ke-11 pada Konvensi Keanekaragaman Hayati (Keputusan CBD COP 11 XI / 18), Konferensi ke-10 pada Konvensi Konservasi Spesies Migrasi Hewan Liar (Resolusi CMS 10.4) , Konvensi Internasional untuk Pencegahan Pencemaran dari Kapal (MARPOL) Annex V, dan Marine Strategy Framework Directive (MSFD) Uni Eropa.

Sebanyak 340 publikasi mengidentifikasi dan mendokumentasikan pertemuan antara sampah laut dengan organisme laut. Keseluruhan publikasi ini menunjukkan pertemuan sampah laut terjadi pada 693 spesies. 76,5% dari semua laporan mencatat bahwa plastik merupakan jenis sampah laut yang paling sering dijumpai pada berbagai organisme dan menjadikannya sebagai jenis sampah yang paling sering dilaporkan. Pertemuan antara organisme dan sampah laut pertama kali dilaporkan pada 1960-an. 

Sejak saat itu telah terjadi peningkatan frekuensi pelaporan, baik untuk jumlah spesies atau jumlah individu yang terpapar. Jumlah rata-rata publikasi yang melaporkan peristiwa tertelannya dan terjeratnya oleh sampah laut cukup konstan sejak 1980-an. 

Berdasarkan lokasi pelaporan, daerah dengan jumlah laporan terbesar meliputi pantai timur Amerika Utara (n = 56), Australasia (n = 54), pantai barat Amerika Utara (n = 54) dan Eropa (n = 52). Sedangkan wilayah dengan pelaporan yang rendah yaitu Antartika (n = 6), pantai timur dan barat Afrika (n = 7 dan n = 5 masing-masing),  pantai barat Amerika Selatan (n = 6) dan Arktik (n = 5 ).

Laporan yang paling banyak muncul yaitu keterjeratan (n = 178) daripada tertelan (n = 132), dan laporan yang paling umum dibuat untuk penyu, mamalia laut dan burung laut. Laporan tentang keterjeratan sampah laut pada spesies, paling banyak terjadi pada paus utara ( Eubalaena glacialis) n = 38, penyu hijau (Chelonia mydas) n = 19, dan penyu elang (Eretmochelys imbricata) n = 15, dan laporan tentang insiden menelan sampah  laut oleh spesies paling banyak yaitu pada penyu hijau (C. mydas), n = 20, fulmar utara (Fulmaris glacialis) n = 20, dan penyu tempayan (Caretta caretta) n = 18. Spesies dengan jumlah individu terbanyak yang menelan sampah adalah fulmar utara (F. glacialis) n = 3444, Laysan albatross (Phoebastria immutabilis) n = 971, dan burung puffinus (Puffinus gravis) n = 895, dan jumlah terbesar individu yang terjerat dalam sampah adalah anjing laut utara (Callorhinus ursinus) n = 3835, singa laut California (Zalophus californianus) n = 3587, dan puffin Atlantik (Fratercula arctica) n = 1674.

Jelas bahwa sejumlah besar spesies sangat dipengaruhi oleh tertelannya dan terjeratnya sampah laut dan frekuensi pertemuan telah meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun tampaknya tidak terhindarkan, kondisi kinerja biologis dan ekologis dari beberapa individu akan terganggu. 

Tinjauan ini telah mengidentifikasi bahwa efek keterjeratan lebih sering dilaporkan daripada terkonsumsi dengan persentase yang jauh lebih besar terkait dengan bahaya langsung atau kematian individu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun