Assalamualaikum, Teman – temanku semuanya.
        Perkenalkan aku adalah si pejuang garis dua dalam 2 tahun menjalani bahtera rumah tangga, aku adalah seorang istri yang berusia 25 tahun dan suamiku berusia 34 tahun. Artikel ini merupakan cerita asli kami dalam menghadapi 2 tahun berumah tangga tetapi masih menunggu dan berdoa untuk kedatangan buah hati kami. Suka tidak suka memang sebagian lingkungan kami menganggap 2 tahun pernikahan dan belum memiliki anak menjadi hal yang meresahkan dan tidak sedikit pandangan mereka mengasihani kami, dan melontarkan berbagai macam pertanyaan yang terkadang kami sendiri bingung untuk menjawabnya.
        Kapan kamu punya anaknya ?, pertanyaan paling sering yang kami dengar apalagi saat menjenguk kerabat atau tetangga yang baru melahirkan. Niat kami baik dan Ikhlas hanya ingin menjenguk dan mendoakan melihat kebahagian mereka menjadi orang tua baru, tetapi ada saja yang membuat kami resah dan enggan berlama-lama saat menjenguk. Tetapi kami tidak akan pernah luput dari pertanyaan tersebut karena seakan sudah menjadi adat istiadat untuk menyambut atau sekedar pembahasan basa basi kepada kami si pejuang garis dua. Tetapi kalau kami ingin jawab secara detail dari pertanyaan tersebut mungkin tanpa sadar air mata mengalir, karena jawaban kami Cuma mau jawab SEKARANG, Sekarang juga kami mau punya anak, kami mau lihat testpek yang kami beli setiap bulan bergaris dua. Yaaa tapi kami bisa apa paling hanya senyum saja jawabnya, karena tujuan kami menjenguk bukan membuat drama dengan keinginan besar kami itu.
        Banyak sekali pernyataan, bahkan tatapan wajah secara langsung saat melihat kami seakan menggambarkan sedang mengasihani kami, dan menyatakan sebuah pernikahan tidak akan Bahagia tanpa hadirnya seorang anak. Percayalah siapa pun kalian yang berfikir si pejuang garis dua hidupnya tidak Bahagia itu sebuah kesalahan besar. Ada anak atau belum adanya anak kami tetap Bahagia karena perihal keturunan sudah kami bahas pada saat pranikah. Jadi hal ini bukan menjadi sesuatu yang mengagetkan untuk kami. Jadi sudah cukup jangan kasihani kami ya, kami Bahagia , Bahagia sekali menjalani keseharian kami berdua.
        Sejatinya perihal keturunan bukan kami yang atur, kami hanya berusaha dan berdoa untuk menanti kedatangan buah hati kami selebihkan kami serahkan kepada Allah S.W.T dan dalam penantian kami iringi juga dengan mengupgrade karir dan Pendidikan kami, agar saat waktunya di titipkan nanti kami sudah matang secara finansial dan wawasan dalam mengurus dan menjaga buah hati kami kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H