Mohon tunggu...
Amara Danella
Amara Danella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun Pembelajaran Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Representasi Seorang Selebgram Melalui Jumlah Pengikut di Instagram

6 Maret 2021   21:07 Diperbarui: 6 Maret 2021   21:16 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini perubahan jaman digitalisasi sudah berubah waktu demi waktu. Faktor teknologi yang mulai meningkat mengakibatkan ketimpangan pengguna media mulai berubah-ubah. Banyak sekali keuntungan hingga kekurangan ketika teknologi mulai berevolusi. Salah satunya adalah kehadiran berbagai macam platform media sosial, Youtube, Facebook, Whatsapp, hingga Instagram di kalangan masyarakatnya. Proses digitalisasi teknologi seolah merubah kehidupan masayarakat yang awalnya tradisional menjadi dipenuhi oleh media internet. Masyarakat menjadi serba digital, kemana-mana membawa berbagai barang digital seperti nongkrong di café sambal membawa laptop, pergi ke mall selalu berjalan membawa smartphone, dan lain-lain.

Salah satu media sosial yang paling banyak mempengaruhi kehidupan masyarakatnya adalah Instagram. Instagram ini merupakan layanan jejaring sosial mengenai foto dan video-sharing yang  pertama kali dibuat oleh Kevin Systrom dan Mike (Pratama, 2018). Instagram diluncurkan secara resmi pada bulan Oktober tahun 2010. Arti dari kata "insta" beawal dari kata "instan", seperti halnya kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan". Sama halnya dengan Instagram yang mampu menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan dalam kata "gram" berasal dari kata "telegram" yang artinya memiliki tugas untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagai foto yang dapat memungkinkan penggunanya unutk mengambil foto, menerapkan filter digital dan membagikanya ke berbagai layanan jejaring sosial termasuk Instagram sendiri. Sistem sosial di dalam Instagram, yaitu dengan pola mengikuti akun pengguna lainnya atau memiliki pengikut di akun Instagram kita. Hal tersebut membuat pola komunikasi antara sesama pengguna Instagram dapat terjalin dengan hanya memberikan respon suka dan mengomentari foto- foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya (Sendari, 2019).

Nah,  dalam metode mengikuti dan pengikut di Instagram ini dapat menafsirkan seseorang hanya dengan melihat jumlah followers atau pengikutnya. Hal tersebut akan menciptakan makna bahwa orang tersebut adalah seseorang yang cukup terkenal di media sosial Instagram. Istilah untuk orang-orang dengan followers atau pengikut yang cukup banyak adalah selebgram.  Sosok selebgram biasanya mulai diperuntukkan untuk pengguna dengan jumlah followers yang melibihi  20.000 pengikut di akunnya.  Namun, pada masa digitalisasi ini seseorang yang sudah mampu memiliki followers pada angka 5.000 pengikut sudah sering dikatakan sebagai sosok selebgram. Hal tersebut menunjukkan adanya representasi baru pada dunia digitalisasi media sosial Instagram. Hal ini ditunjukkan oleh bagaimana cara seseorang memaknai derajat orang lain hanya dengan melihat jumlah pengikut di akun media sosialnya. Seolah-olah apabila memiliki pengikut yang tergolong cukup banyak di akun media sosial, memunculkan rasa bangga pada diri sendiri akan komentar hingga sanjungan dari orang lain. Sosok selebgram direpresentasikan sebagai sosok yang tenar dan tergolong memiliki influence yang baik kepada khalayak media. Itulah mengapa saat ini banyak sekali orang berlomba-lomba menaikkan jumlah pengikut di akun Instagram-nya.

Fenomena membeli followers pun ramai di media sosial. Pembelian followers ini memiliki sistem jual-beli secara online. Contohnya, apabila kita ingin membeli followers sebanyak 100 followers, maka kita diwajibkan membayar dengan harga 125.000 ribu rupiah pada jasa online yang menciptakan lapak tersebut. Namun sayangnya, followers yang kita beli itu adalah akun-akun palsu yang sengaja dibuat dan bahkan tidak aktif. Sehingga, jumlah followers bertambah, namun jumlah respon menyukai hingga komentar sama sekali tidak berubah. Representasi sebagai seorang selebgram inilah yang membuat tren membeli followers menjadi tenar di Instagram. Banyak orang ingin digambarkan sebagai sosok yang diketahui oleh khalayak luas, entah sebagai selebgram hingga artis. Jumlah followers Instagram ini akhirnya membuat para penggunanya memiliki representasi makna seperti itu setiap melihat akun yang memiliki jumlah followers yang cukup banyak apalagi melebihi jumlah pada akun mereka. Terciptalah sebuah budaya baru pada akun-akun itu dan membuat cara pandang orang lain berbeda-beda sehingga muncullah ciri khas baru pada akun tersebut.

Daftar Pustaka :

Pratama, A.N. (2018). Hari ini dalam sejarah: aplikasi instagram dirilis. Kompas.com. Diakses pada 6 Maret 2021 dari https://tekno.kompas.com/read/2018/10/06/10512437/hari-ini-dalam-sejarah-aplikasi-instagram-dirilis?page=all

Sendari, A.A. (2019). Instagram Adalah Platform Berbagi Foto dan Video, Ini Deretan Fitur Canggihnya. Diakses pada 6 Maret 2021 dari https://www.liputan6.com/tekno/read/3906736/instagram-adalah-platform-berbagi-foto-dan-video-ini-deretan-fitur-canggihnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun