Mohon tunggu...
Amara Preditaswara
Amara Preditaswara Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Hidupku..Miliku” Benarkah??

16 Mei 2012   10:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:13 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13366216021800697096

[caption id="attachment_176392" align="aligncenter" width="480" caption="tewurboy.blogspot.com"][/caption] Bagi saya, kehidupan adalah sebuah proses panjang untuk mencapai sebuah kedewasaan dalam segala hal. Melalui kehidupan, kita dapat berkaca dan menilai diri sendiri, dari kacamata orang-orang di sekeliling kita Seringkali dalam hidup, tanpa kita sadari, kita melakukan "penilaian" terhadap  orang lain. Tanpa sadar kita sebenarnya sudah "menghakimi" perbuatan orang lain, walau sebenarnya maksud dan tujuan kita tidak seperti itu. Hal ini terjadi karena ukuran yang kita gunakan untuk "melihat" orang lain adalah dari kacamata kita sendiri. Kalau boleh dibuat contoh ada seekor anjing memaki kucing, "ANJING LOE!!". Maksudnya ialah bahwa ketika kita "menilai" seseorang, biasanya ukuran yang kita pakai untuk menilai adalah ukuran kita sendiri. Seperti saat membuat teh, menurut kita teh buatan kita manis (menurut lidah kita), tapi belum tentu menurut orang lain itu manis (menurut lidah orang lain). Karenanya hati-hatilah "menilai" orang lain, karena dari cara kita menilai itulah, dapat diukur berapa nilai diri kita yang sesungguhnya . Saran saya, kalau mau menilai orang, nilainya yang baik-baik aja, yang positif gitu deh. Sebenarnya, ini tidak akan menjadi masalah besar, selama yang kita lihat adalah sisi positifnya. Namun ketika masuk dalam sisi negative, yakinlah pertengkaran akan jadi juara pertamanya. Pernah satu kali saya ribut besar dengan seorang teman karena sebuah masalah kecil. Teman saya berpikir sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya tentang apa yang saya lakukan. Dia merasa yakin sejuta persen bahwa pemikirannya itu benar tanpa berusaha mencari tau apa sebenarnya yang terjadi dari sisi saya. Ujung-ujungnya "penghakiman" itupun dimulai. Masing-masing merasa "aku yang paling benar". Dan ini tidak mengherankan, karena ukuran yang dipakai untuk menilai kejadian itu adalah kacamata sendiri-sendiri. Tapi syukurlah, akhirnya masalah ini dapat diselesaikan juga dalam damai, walau sempat heboh sedikit. Dari kejadian itu, sayapun berpikir bahwa tidak selamanya pertengkaran itu menyeramkan, dan tidak selamanya kebersamaan itu menyenangkan. Justru melalui pertengkaran dan kebersamaan, kita semakin mengerti arti sebuah proses kehidupan menjadi pribadi yang lebih baik. Dulu saya berpikir bahwa hidupku adalah milikku. Bagaimana hidup kita nanti, itu adalah tanggung jawab kita pada diri sendiri. Tapi seiring dengan waktu yang berjalan, pandangan sayapun berubah. Bahwa sesungguhnya hidup kita bukan milik kita sendiri. Kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan Adam dan Hawa. Jadi sesungguhnya hidup kita adalah juga merupakan bagian dari hidup orang lain. Karena itu, ketika kita merasa lelah menjalani kehidupan, karena perasaan "DILUKAI", ingatlah bahwa tak jarang kita juga "MELUKAI". Dari sini kita bisa belajar bagaimana cara menghargai, berkorban, memperhatikan, mendengarkan orang lain Saat kita merasa "DIBOHONGI", ingatlah, mungkin kitapun pernah "MEMBOHONGI" tanpa kita sadari. Dari situ kita dapat belajar dan menghargai arti sebuah KEJUJURAN. Andaikata KESALAHAN tak pernah ada dalam hidup ini, mungkin kita tidak pernah mengerti arti MEMINTA MAAF dan MEMBERI MAAF. Perjalanan hidup yang telah kita lalui, takkan mungkin kembali lagi. Hanya jejak kenangan yang tersisa. Karena itu tugas kita adalah BELAJAR dari MASA LALU untuk mendapatkan HARI ESOK yang lebih baik. Karena gudang dari seluruh ilmu yang ada di dunia ini ada dalam KEHIDUPAN. Ketika kita  JATUH, jangan takut untuk berdiri lagi. Ketika kita KALAH,  jangan ragu untuk mencoba lagi. Ketika kita GAGAL, semangatlah untuk bangkit lagi. Supaya ketika  TUHAN berkata "Waktunya PULANG", kita dapat kembali sambil tersenyum. "Saat engkau lahir, engkau menangis semetara orang-orang disekelilingmu tertawa. Jalanilah hidupmu hingga pada akhirnya saat engkau kembali pada Yang Kuasa, engkau pergi sambil tersenyum, sementara orang-orang disekelilingmu menangis" Salam Perdamaian!! Sumber : BBM, Kisah Nyata

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun