Budaya membaca di nusantara memang cenderung rendah sebab kebanyakan penduduk indonesia telah terhipnotis oleh berbagai aplikasi di gawai milik mereka , tidak pandang usia namun khususnya bagi generasi muda kebanyakan dari mereka terlampau asyik dengan berbagai aktivitas daring , memang sih sejak pandemi corona segala hal terutama prosesi belajar mengajar di lakukan secara daring .
1. Â Â Dukungan pemerintahÂ
Minat membaca dapat di kembangkan pertama melalui adanya dukungan pemerintah , sebab sebuah negara harus bekerja sama baik masyarakat dan pemerintahnya guna menciptakan dan menumbuhkan minat baca dari sejak dini , beberapa negara mengaplikasikan dukungan pemerintah terhadap budaya literasi masyarakatnya  ,Â
Dukungan pemerintah ini di tujukan kepada keluarga -- keluarga yang baru memiliki bayi dengan cara memberikan bingkisan berupa perlengkapan bayi di lengkapi beberapa buku bacaan bagi orang tua dan bayinya .
Negara yang menjalankan budaya tersebuta ialah finlandia , Â swedia dan australia .
Hanya saja di belanda memiliki hal yang berbeda yakni bayi yang telah berusia 4 bulan akan otomatis mendapatkan formulir keanggotaan perpustakaan umum ,formuli tersebut akan di kirimkan ke rumah masing -- masing di lengkapi seperangkat buku bacaan .( luar biasa bukan !)
Tak hanya itu , finlandia sendiri menciptakan program  tidak adanya alih suara atau dubbing subtitle untuk film atau acara berbahasa asing guna menciptakan kemampuan membaca cepat masyarakatnya khususnya anak -- anak .
hal diatas memanglah mampu menumbuhkan minat baca , memberikan kesan bahwa si anak dan orang tuanya saling di dukung oleh pemerintah guna menumbuh kembangkan budaya literasi di negaranya .
2. Â Â Â Kewajiban membaca
Selain dukungan pemerintah, ketetapan akan kewajiban membaca terhadap rakyatnya di rasa sangat diperlukan , sebab bila hanya adanya dukungan namun tanpa adanya kewajiban yang di berikan . maka baik tujuan dan  dukungan dari pemetintah sekalipun tak akan memberikan perubahan apa - apa .
di setiap negara memiliki kewajiban yang berbeda namun visi maupun tujuan mereka tidaklah berbeda , yakni guna menciptakan generasi yang memiliki konsistensi terhadap literasi .
Hal ini di dasari pada kewajiban negara -- negara berperingkat literasi tertinggi
* Â Â Â Â Kewajiban membaca 1 buku dalam sepekan ( finlandia )
. Â Â Â Â Kewajiban membaca sebelum pelajaran dan sebelum pulang sekolah ( belanda )
* Â Â Â Â Kewajiban membaca 10 menit di sekolah ( jepang )
* Â Â Â Â Kewajiban waktu membaca ( australian reading hour ) australia.Â
3. Â Â Â Budaya
Dalam memajukan minat baca budaya atau kebiasaan yang sukar di rubah merupakan landasan penting , kebiasaan terebut dapat di bentuk sejak usia dini , dengan adanya sebuah kewajiban seorang anak akan secara tak sadar membentuk karakter yang gemar membaca dan akan lebih tertarik terhadap buku bacaan ketimbang gawai miliknya .
* Â Â Â Â Budaya dongeng sebelum tidur ( finlandia )
* Â Â Â Â Budaya tachiyomi ( membaca di toko buku tanpa larangan ) , sekiguchi ( Â acara live market tentang toko buku yang dapat di pesan langsung ) (jepang).
* Â Â Â Â Budaya meninggalkan buku di halte , kursi taman , atau di manapun dengan catatan kecil di cover buku " maukah kau membaca buku ini ? " Â ( swedia )
* Budaya membaca di tempat umum baik cafe , restoran , mall , transportasi umum (jepang )
4. Â Challenge / tantangan
Setiap manusia memiliki rasa keingintahuan yang berlebih ,rasa  ingin tahu tentang apa kekurangan dan kelebihannya , rasa ingin tahu apakah ia sanggup menyelesaikan sebuah tantangan . rasa ingin tahu tentang batasan kemampuannya , dsb.
Tak hanya poin dukungan pemerintah dan kewajiban membaca satu  dari lima negara tersebut melaksanakan tantangan terhadap masyarakat nya .
* Â Â Â Â Reading challenge 1000 books before school ( australia)
* Â Â Â Â Premiers reading challenge ( australia).
Ke empat poin tersebut patut untuk di teladani guna mendongkak minat baca di nusantara agar generasi penerus bangsa indonesia dapat memiliki wawasan yang luas ,sebab tak cukup berbekal dukungan pemerintah bila masyarakatnya sendiri tidak membudayakan membaca dan tidak di berikan kewajiban membaca , bila hal itu terjadi rencana pemerintah guna meningkatkan budaya membaca di nusantara takkan pernah terwujud ,dan hanya akan menjadi anggan -- anggan belaka.
Jadi penulis menggajak mari suarakan , mari lestarikan budaya literasi guna menciptakan generasi berimajinasi yang tidak gemar bermain aplikasi. (aim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H