"Dek... kamu mau mandi? Udah abang timbakan air tuh."
Dengan bergegas aku mengambil baju ganti dan mengikuti langkahnya.
Sumur mandi terletak terpisah diluar, disebelah dapur dan hanya disekat dengan seng yang sudah berkarat. Tertutup tapi tidak ada atap. Di tengahnya terdapat sumur yang dalam. Sebuah timba kecil terletak di atas kayu yang menutupi sebagian cincin sumur. Sebuah ember berisi penuh air terdapat disebelahnya. Hujan memang sudah berhenti beberapa menit yang lalu, tapi meninggalkan genangan air di antara lantai sumur yang hanya beralaskan batu-batu gunung yang disusun menutupi tanah yang liat. Celah-celah diantaranya mengeluarkan bau pesing. Sungguh tidak nyaman harus mandi dalam situasi seperti ini.
"Kok bengong?"
"Mau abang kawanin mandi?"
"Eh.. eum.. Tolong jagain di depan pintu ya?"
"Mau di dalam juga boleh" candanya.
Kututup pintu yang terbuat dari kayu berlapis seng ini rapat-rapat. Akh... kenapa aku jadi terdampar ditempat seperti ini? Aku mau pulang.
Kubuang jauh-jauh penglihatanku dari pemandangan- pemandangan dan pikiran-pikiran buruk tentang tempat ini. Kututup mataku dan kuguyur air membasahi tubuhku.
Dingin.
****