Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara berkembang seperti Indonesia dimana kejadian diare berkisar antara 200 - 374 kasus dalam 1000 kasus populasi, dan 60-70% di antaranya adalah anak di bawah lima tahun. Tingkat kematian untuk diare mencapai 7,4% di Indonesia. Diare merupakan penyakit endemik dengan berpotensi berkembang secara sporadis menjadi epidemi.
Dalam upaya mengurangi kejadian diare, Indonesia sangat diuntungkan dari sumber daya alamnya. Indonesia memiliki lebih dari 30.000 tanaman spesies di hutan tropisnya, dan sekitar 9600 spesies yang sudah diketahui memiliki aktivitas sebagai obat herbal. Â
Penggunaan tanaman herbal secara tradisional dianggap lebih aman daripada pengobatan modern karena obat herbal sudah dipercaya memiliki lebih sedikit efek samping daripada yang modern Beberapa sintetis obat antidiare dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan, dalam hal ini, alternatif obat herbal dari alam  dapat digunakan sebagai salah satu substitusi dari penggunaan obat-obatan sintetis
Salah satu tanaman yang secara tradisional digunakan sebagai ramuan untuk mengobati diare adalah bawang merah (Allium cepa L.). Umbi bawang merah mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, esensial minyak, saponin, steroid, tanin, dan triterpenoid yang dapat berperan sebagai anti diare dan antibakteri.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adwisto, dkk dalam Veterinary Biomedical and Clinical Journal menyebutkan bahwa infusa umbi bawang merah terbukti memiliki aktivitas antidiare dengan mengurangi frekuensi buang air besar dan meningkatkan konsistensi feses. Efek anti diare ini dapat dikaitkan dengan flavonoid dan tanin yang terkandung di dalamnyaÂ
Hal ini dapat mengurangi konsentrasi kalsium ekstraseluler diotot polos usus, menghambat aksi protein kinase C, adenosin siklik Monofosfat (cAMP) fosfodiesterase, dan menghambat pelepasan asetilkolin, prostaglandin. Tanin telah terbukti mengurangi tingkat peristaltik usus dan meningkatkan reabsorbsi air dan elektrolit di usus dan juga bertindak sebagai astringent yang mengecilkan pori-pori selaput lendir usus sehingga mereka dapat mengurangi sekresi.
Adwisto dkk, juga mneyebutkan bahwa penelitian ini masih dapat dilanjutkan dengan pengujian parameter seperti bobot feses, waktu mulai dan waktu henti diare yang diharapkan dapat memperjelas potensi antidiare dari infusa umbi bawang merah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H