Keberagaman peserta didik mencakup spektrum yang luas. Hal ini tidak hanya meliputi perbedaan dalam latar belakang etnis, budaya, dan sosial-ekonomi, tetapi juga melibatkan variasi dalam gaya belajar, tingkat kecerdasan, motivasi, dan kebutuhan khusus. Sebagai contoh, dalam satu kelas, kita bisa menemukan peserta didik dari keluarga berpenghasilan tinggi dan rendah, peserta didik dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda, peserta didik dengan gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik, peserta didik dengan kecerdasan linguistik yang tinggi atau kecerdasan spasial yang menonjol, peserta didik yang sangat termotivasi atau yang cenderung apatis, dan peserta didik dengan kondisi seperti disleksia, ADHD, atau autism
Pembelajaran diferensiasi adalah pendekatan yang merespons keberagaman peserta didik dengan menyesuaikan konten (apa yang diajarkan), proses (bagaimana materi diajarkan), dan produk (bagaimana peserta didik menunjukkan pemahaman) berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik (Tomlinson, 2014). Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa "satu ukuran tidak cocok untuk semua" dalam pembelajaran. Dalam praktiknya, diferensiasi konten bisa berarti menyediakan teks dengan tingkat kompleksitas berbeda atau menggunakan berbagai media (teks, audio, video) untuk menyampaikan informasi yang sama. Diferensiasi proses bisa melibatkan penggunaan strategi seperti stasiun pembelajaran, di mana peserta didik berputar melalui berbagai aktivitas yang dirancang untuk gaya belajar berbeda.
Keberagaman peserta didik, yang mencakup aspek budaya, kognitif, sosial-emosional, dan kebutuhan khusus, merupakan realitas dalam pendidikan kontemporer. Alih-alih melihatnya sebagai hambatan, keberagaman ini seharusnya dilihat sebagai kekayaan yang dapat memperkaya pengalaman belajar semua peserta didik. Namun, untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan pemahaman yang mendalam dan pendekatan yang komprehensif. Di sinilah peran psikologi pendidikan menjadi sangat krusial. Psikologi pendidikan, dengan fondasi teoretis dan empirisnya, menyediakan lensa untuk memahami kompleksitas pembelajaran dalam konteks keberagaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI