Pendahuluan :
Orang tua adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Itulah mengapa pengasuhan anak itu sangat penting untuk perkembangan anak kedepannya, dan harus disertai dengan tujuan yang ditetapkan agar prosesnya berhasil. Pola asuh otoriter membatasi dan menghukum pola asuh. Misalnya, orang tua yang otoriter mungkin berkata, "Lakukan apa yang saya katakan. Jangan meminta terlalu banyak!" Anak-anak yang dibesarkan dari orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter sering tidak menampakan akhlak yang baik dalam lingkungan sosial, selalu merasa khawatir dalam situasi sosial, tak dapat mengambil gagasan atau ide dalam kegiatan dan mempunyai keterampilan komunikasi yang tidak baik.
Pola asuh otoriter adalah bentuk gaya pengasuhan yang menekankan kontrol orang tua untuk memastikan bahwa anak menurut. Orang tua menetapkan aturan untuk anak-anak mereka tanpa berusaha mengetahui bagaimana perasaan anak-anak mereka. Orang tua menjadi emosional dan marah ketika anak-anak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keinginan mereka. Pola asuh otoriter sering disebut sebagai pola asuh yang dapat menghambat proses perkembangan anak. Pola asuh otoritatif berbeda dengan pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis cenderung menetapkan standar mutlak yang harus dipenuhi dan seringkali penuh dengan bahaya. Pola asuh tersebut lebih kepada pengawasan atau kontrol orang tua terhadap buah hati agar mereka patuh. Baumrind menegaskan bahwa "pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menuntut anak untuk tunduk dan mengikuti semua perintah dan aturan yang diberikan oleh orang tuanya, tanpa memiliki kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan
Faktor anak, keluarga dan lingkungan harus diperhatikan untuk menentukan perkembangan mental anak. Faktor keluarga adalah kebiasaan orang tua dan keterikatan anak dengan orang tua. Orang tua dapat memberi makan anaknya dengan baik, menciptakan kesempatan bagi mereka untuk belajar mandiri ataupun bersama teman, dan menghabiskan waktu untuk bermain. Hal tersebut dapat untuk meningkatkan kualitas hidup anak pada usia dini. Dengan memberikan keteladanan pengasuh yang menanamkan rasa aman, keakraban dan komunikasi yang baik di antara seluruh anggota keluarga, maka keluarga menjadi sistem yang bekerja paling baik bagi tumbuh kembang anak
Isi :
Dampak Pola Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap Perkembangan Mental Anak.
Pola asuh otoriter orang tua yaitu adanya aturan berlebihan, tuntutan yang tidak realistis, dan kebebasan dari aturan. Hal ini mengapa perlu disampaikan, karena semuanya berdampak signifikan terhadap kesehatan mental anak. Tetapi, tidak semuanya pola asuh otoriter orang tua terhadap anaknya berdampak negatif saja, tetapi anak mampu melihat Sisi positif dari mengasuh anak berasal dari pemahaman bahwa apa yang dilakukan orang tua adalah yang terbaik untuk anaknya, sering terbuka atau berbicara dengan teman yang tampaknya dekat dengan masalahnya dapat membantu mengubah perilaku agresif orang tersebut menjadi perilaku yang lebih agresif.
Pengaruh pola asuh otoriter terhadap perkembangan mental anak sangat bergantung pada orang lain, kurangnya tanggung jawab pribadi, keinginan untuk selalu diatur dan dikendalikan, ketidakpercayaan, lebih baik menurut dari pada berpikir, tidak mengambil keputusan yang disengaja, melakukan sesuatu yang dilarang sebagai perlawanan, mudah marah dan selalu kritis.
Perilaku anak yang dibesarkan oleh orang tua yang otoriter yaitu mudah tersinggung, cemas, sedih, mudah terpengaruh, stres, bermusuhan, dan apatis Anak-anak yang sehat secara mental dan emosional memiliki hubungan dekat dan merasa aman di sekitar mereka. Sangat penting untuk mempertimbangkan faktor dalam diri anak, keluarga, dan lingkungan saat menentukan kesehatan mental anak. Pada anak-anak, faktor keturunan, dan kesehatan fisik harus diperhatikan. Faktor keluarga adalah kebiasaan orang tua dan keterikatan anak dengan orang tua. bahwa anak-anak perlu membentuk keterikatan yang aman dengan pengasuh utama mereka selama masa kanak-kanak. Ikatan keamanan ini penting untuk membangun kepercayaan dan ketenangan pikiran. Dengan dua hal tersebut, anak dapat menjelajahi dunia di sekitarnya dengan percaya diri dan tanpa rasa takut yang tidak semestinya.
Namun tidak semua pola asuh otoriter berdampak negatif, namun anak dapat melihat sisi positif dari pencapaian pola asuh tersebut memahami bahwa apa yang orang tua lakukan adalah disengaja. Melakukan yang terbaik untuk anak, mencontohkan sikap terbuka pada anak dan sesekali berbicara dengan teman yang mereka anggap dekat jika mereka kesulitan menyalurkan perasaan apa yang sedang dirasakan oleh anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H