Di laci kecilku, Darman.
Sengaja begitu rapatnya kutaruh senja kita.
Tentu saja,
senja dengan burung-burung, perahu yang berlabuh, juga anak-anak berlari menghampiri bulir-bulir ombak di bibir pantai.
"Bukan. Bukan senja yang ini".
"Tunggu lagi. Tunggulah hingga tiba senja yang tepat, Leila anakku".
Dan apakah masih kubisiki rintik hujan pagi :
Teruslah jatuh supaya tak ada lagi senja setiap hari?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!