Diatas batang palem yang tumbang aku duduk sendiri, duduk sambil terus menghirup segarnya udara yang gratis ini, segarnya udara yang sudah mulai tercemar bau-bau yang tak sedap, bau asap knalpot bau asap rokok bau pembakaran sampah bau badanku
Diatas batang palem yang tumbang aku menjaga dan mengawasi, menjaga dan mengawasi dua buah hati yang seang belajar dan bermain, belajar berjalan dan berlari, belajar bangkit sendiri setelah terjatuh, belajar berjalan melintasi gundukan dan melibas ilalang, belajar membersihkan telapak tangan dari pasir dan debu setelah terjatuh, belajar terus menatap kedepan, belajar berjalan dan mulai berlari mengejar impian
Diatas batang palem yang tumbang aku melihat burung-burung beterbangan bebas, melihat langit lepas yang sebagian biru dan sebagian keputihan, melihat lalu-lalang kendaraan di jalan, melihat perjalanan hidup anak adam dengan sejuta harapan
Diatas batang palem yang tumbang aku menatap sepasang mata di balik jendela kaca, sepasang mata dengan balutan jilbab putih di kepalanya, sepasang mata yang juga asyik menyaksikan buah hatiku riang bermain dan belajar, sepasang mata yang sendu karena tangisan kasih sayang
Diatas batang palem yang tumbang, disebelah bangunan yang sebentar lagi tinggal kenangan, di pinggir jalan besar yang sarat kendaran, dibawah langit yang setiap saat menurunkan hujan, di bawah kepakan sayap burung yang terbang, di bawah naunganmu ya Rabb semesta alam
Diatas batang palem yang tumbang, di sore hari ketika magrib menjelang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H