Tahun 2024 ini, keuskupan Ruteng kembali menggagas sebuah tema baru dalam berpastoral yakni pastoral ekologi integral.Â
Tujuannya adalah mengajak semua manusia khususnya yang bernaung di bawah keuskupan Ruteng untuk mencintai alam sebagai ibu kita bersama.
Bahwasanya, alam tempat kita hidup dan tinggal kini sudah semakin rusak. Imbasnya pun bermacam-macam yakni:
Pertama, secara ekologis terjadi krisis besar-besaran, seperti bencana alam (longsor dan banjir), perubahan iklim yang ekstrim (hujan atau kemarau berkepanjangan), krisis air bersih dan lain sebagainya.
Secara sosiologis; terjadi gagal panen yang mengancam pada bencana kelaparan, gizi buruk meningkat serta kemiskinan terlestari atau terjadi disparitas antara kelompok kaya dan miskin.Â
Semua realitas tersebut sedang dan sudah membumi di bumi Flores khususnya di Manggarai.
Oleh karena itu, agama dalam hal ini Gereja sebagai komunitas yang paling intim dengan umat, khususnya dalam menghadapi kenyataan yang menggelisahkan tersebut selalu tak pernah pasif atau sekedar tampil sebagai komunitas seremonial semata. Melainkan turun serta berempati sekaligus berupaya membawa kabar gembira (keselamatan) kepada umat seluruhnya.
Sebagai wujud dari tindakan praksisnya, maka Gereja lokal melalui tema yang diusung tahun ini, menggerakkan umat setempat untuk secara aktif dan masif menanam pohon.Â
Nama tersebut bukanlah jenis atau varietas pohon yang sebenarnya melainkan sekedar simbolik, yakni kewajiban bagi umat ketika hendak menerima sakramen (tanda keselamatan Allah) harus menanam pohon terlebih dulu dengan sebanyak jumlah sakramen yang hendak di terima, atau tergantung permintaan atau kebijakan dari paroki (gereja wilayah) setempat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!