Sudah sekian musim bergulir, bahkan sudah di penghujung musim mengetam, namun Anton dan Maria masih bergeming saja tentang rencana keseriusan mereka perihal bertunangan.
Ini tidak lagi sekedar babi-babi yang tewas atau tabungan Anton yang semakin terkuras ihwal hajatan demi hajatan yang ada. Tidak saja tentang pesta sekolah, pesta sambut baru atau kumpul kope di mana uang sebagai perantara wajib yang tidak bisa dibilang tidak ada atau pun ditunda dulu sambil menanti panen vanili dan sekelumit alasan 'basi' lainnya.Â
Juga tersebab hobi Anton yang tiada malam tanpa mabok dan tiada hari tanpa rokok.
Apalagi semenjak peristiwa keberanian Anton ketika menghadap calon bapa dan mama mantunya, terkait penundaan peminangan, perasaan Anton demikian patah dan itu tergambar jelas dari kelas tuak yang selalu menjadi pengisi malam-malamnya yakni tidak lagi yang berasa tawar di lidah melainkan yang sangat keras dan membakar lidah alias BM (bakar menyala).
Yahhh,,mabok memang selalu menjadi cara terbaik baginya untuk menghidupkan kembali energi kejayaannya, seolah-olah hidup selalu baik-baik saja.
Perubahan demi perubahan terus tercipta dari setiap kebiasaan yang dilakukan Anton. Biasanya, pagi hari adalah waktu yang terbaik bagi Anton untuk menata hidup dan sederetan rencana yang selalu digoreskan dalam kepalanya, mulai dari mengambil dedaunan dan ubi-ubian di ladang sebagai asupan gizi untuk babi.
Akan tetapi pasca kematian babi yang mendadak kali lalu, pagi hari adalah waktu yang paling membebani pikirannya. Sebagai pelarian dari kekalutan ini, Anton mulai membangun kebiasaan barunya yakni menjadi penafsir mimpi, bermain angka dan menebak Shio.
Ia berkhayal, seandainya terjadi hoki besar-besaran, tidak hanya peminangan saja yang akan dilangsungkan melainkan lengkap dengan pelunasan belis sekaligus. Ini seandainya saja, setiap angka dan mimpi yang ditafsirkannya tidak meleset.Â
Begitulah keseharian Anton kini, kepalanya mulai terisi dengan angka prediksi dan angka keluar.
Meskipun baginya cukup sebagai hiburan dan kerap kali penuh dengan kekecewaan semisal tebakannya meleset dan sekian rupiah melayang begitu saja ke Kamboja, Hongkong dan sebagainya,