Warga Indonesia sejatinya sudah sangat akrab dengan tumbuhan yang satu ini. Baik itu karena umbinya yang dapat diolah hingga menghasilkan beraneka macam kuliner dan camilan juga tersebab dari jenis tanaman ini yang sangat adaptif dan mudah tumbuh di mana saja entah itu pada daerah-daerah dataran tinggi juga di daerah-daerah dataran rendah sekalipun.Â
Secara umum, talas dikenal sebagai taro, old cocoyam, eddo, dan dasheen.
Sedangkan di Indonesia sendiri memiliki aneka nama yang lazim dijumpai di setiap daerah, diantaranya; bolang atau taleus (Sunda), kladi, tales, candung (Bali), dan rose (Flores).Â
Baca: Mengenal Talas Lebih Jauh, Umbi yang Biasa Diolah menjadi Makanan Ringan
Terkait dengan manfaat dari tumbuhan ini khususnya untuk kehidupan manusia itu sendiri hemat saya telah seabrek tulisan yang membahas secara khusus terkait manfaat dari ubi talas itu sendiri, misalnya dari sisi kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya.
Oleh karena itu, kali ini saya coba mengulas seluk beluk ubi talas itu sendiri dalam kaitannya dengan pola kebiasaan masyarakat Manggarai pada umumnya secara khusus yang ada di kampung.
Bagi masyarakat Manggarai, Flores-NTT, ubi talas ini memiliki sebutan tersendiri yakni teko atau tete teko.Â
Pada umumnya, tumbuhan ini sangat mudah untuk dijumpai di Flores khususnya di daerah Manggarai Raya (Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur).
Salah satu faktor pendukungnya adalah kondisi alam wilayah Manggarai yang sangat tropis dengan kontur tanah yang subur dan kaya akan air.Â
Hal ini tentunya membuat Manggarai lebih dikenal sebagai daerah pertanian dengan hampir semua jenis komoditas tani dapat tumbuh dengan subur.Â