Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Gerimis

17 Desember 2022   08:45 Diperbarui: 17 Desember 2022   09:05 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gerimis (sumber: Jabarsatu.com) 

Di atas Pelupuk Mata semesta butiran-butiran gerimis perlahan merintih
Mengalirkan drama baru pada episode musim yang berganti,


Sebab Ia sangat kesal dengan semusim yang terlewat, tak ada satu pun penonton yang paham, tentang maksud sang sutradara di balik layar musim
ia pun mengunci kembali langit, menjadi layar yang tak layak untuk ditonton lagi.

Tapi, siapa sangka air matanya menjelma gerimis,
Yang akan membasuh riak-riak kering menjadi basah


Hingga jejak-jejak baru  kembali menapaki  rahim suci sang bumi
Lalu keturunannya akan selalu tercatat di atas hamparan bukit yang menghijau dan ladang yang tertanam benih-benih nasib para petani.

NTT, 16/12/2022
Saat gerimis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun