Di sekitar area masuk itu juga terpampang tulisan selamat datang. Dan di situ juga kami baru tahu bahwa bukan hanya air terjun saja yang menarik. Tetapi juga ternyata terdapat juga spot wisata lainnya yaitu Nua Waka dan Tiwu Roh.
Rasa penasaran pun semakin menggelora. Kami langsung buru-buru masuk setelah istrahat sejenak di situ sembari mengambil gambar.
Kami harus menuruni tangga kayu yang terbuat seadanya sebagai akses langsung menuju air terjun Sunsa Namo tersebut.
 Gemericik air terjun yang jatuh dari atas tebing mulai terdengar jelas. Gemuruhnya itu bak ledakan guntur yang tak pernah lelah.
Namun, sebelum sampai di air terjun itu, mesti harus melewati beberapa pohon besar yang tubuh di tepi air terjun itu.
Mendekati air terjun itu, hawa dingin dan tetesan air embun dari dedaunan pohon membasahi kami.
Tak lama kemudian, akhirnya kami melihat langsung pesona air terjun Sunsa Namo. Luapan kekaguman pun memuncak ketika melihat secara langsung  rintikan besar air yang jatuh dari atas tebing yang tingginya sekitar 15 meter.
Sontak kami berteriak meluapkan rasa kagum yang luar biasa terhadap kemolekan alam air terjun Sunsa Namo itu. Kami merasa bak sedang berada di puncak keindahan hidup. Sungguh suatu ciptaan Tuhan yang mengagungkan.
Akan tetapi untuk mengitari seluruh area air terjun itu harus serba hati-hati. Sebab, hampir seluruh permukaannya dipenuhi oleh batu-batu besar berlumut. Jika tidak focus maka siap tergelincir dan, yah lain lagi ceritanya.
Sebagai pengunjung yang milenial, bersama air terjun itu kami pun saling berpose. Menggunakan ponsel android masing-masing, mengabadikan moment indah di air terjun itu.