Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Menyingkap Lagu "Benggong-Banggong" yang Dilupakan Generasi Milenial Manggarai

30 Januari 2020   13:58 Diperbarui: 30 Januari 2020   14:14 6764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: YouTube Natas Labar

Benggong banggong
Bere lele benggong
Hos ti ga benggong
Rangkang lada benggong
Lako ko toe hia nana lupi nanga
Ho raes teku wae betong benggong banggong
Rasung wa rasung wa
Toe ita ende go ema go
Betong benggong banggong

Demikianlah lirik dari lagu favorite saya ketika masih seusia pucuk labu dulu. Kala itu lagu benggong selalu menjadi lagu pilihan ketika pergi mencari kayu bakar di hutan atau pun pada saat menjaga padi dan jagung di ladang atau riang uma untuk mengusir burung pipit, kera dan babi hutan. Maklumlah, waktu itu masih "gelap" dengan yang namanya teknologi digital. 

Jadi, untuk mengakses lagu-lagu trend kala itu hanya mengandalkan radio FM lokal Manggarai, sekalipun frekuensinya terkandang kesambet mendung, bukit dan gunung.

Nah, meskipun situasinya demikian, lagu benggong tetaplah sebagai lagu pilihan. Selain karena mudah untuk dinyanyikan, lagu ini juga menjadi lagu kegembiraan generasi kami waktu itu. 

Saya masih ingat ketika sedang menjaga jagung di ladang, di atas sebuah batu besar sebagai tempat paling strategis untuk tarik suara mendendangkan lagu benggong, salah satu sahabat saya memainkan musik dari potongan kayu yang telah di belah jadi dua, namanya musik kerontong. 

Dia memukulnya dengan sebuah stik (mirip stik drum) sambil menyanyikan lagu benggong dengan penuh semangat dan riang gembira. Kami menyanyikannya berulang-ulang sampai perut lapar atau haus atau sampai suara jadi serak-serak basah. 

Sungguh begitu nikmatnya tarik suara lagu benggong di tengah ladang jagung yang luas di tengah-tengah hutan rimba. Mungkin masih ada pengalaman serupa lainnya dari teman-teman se-generasi lainnya dari Manggarai, Flores. Silahkan.    

Menyanyikan lagu benggong memang tidak harus pake ton atau birama yang tepat. Yang paling penting ketika itu adalah teriak sebebas-bebasnya hingga burung pipit atau kera atau warga hutan lainnya juga turut menikmatinya dari balik hutan. Asalkan saja mereka jangan menirunya, sebab bila demikian maka yang terjadi adalah horor dan serem.

Sekilas tentang lagu Benggong

Setelah sedikit mampir pada secuil pengalaman saya di atas, maka selanjutnya saya mau menyelami asal-usul dari lagu benggong tersebut. Namun, sabar dulu, perlu saya singgungkan terlebih dahulu, bahwa seluk beluk lagu benggong yang saya kupas sebentar merupakan hasil reportase atau wawancara informal saya dengan seorang mantan guru mulok (muatan lokal) di Loha, Pacar -- Flores.

Jadi hasil liputannya begini, pertama, lagu benggong merupakan lagu rakyat dan berasal dari Manggarai. Dikatakan sebagai lagu rakyat karena sampai dengan saat ini pencipta dari lagu tersebut belum dikenal atau diketahui secara pasti. Mungkin ada, namun bagi saya karena keterbatasan referensi historis yang baku maka sebagai hipotesis sementaranya adalah lagu benggong merupakan lagu rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun