Mohon tunggu...
Evi Amanda Yustika
Evi Amanda Yustika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Apa aja bisa

Informasi secara tertulis itu penting. Jadi baca sepenuhnya, sebelum menyebarluaskan suatu informasi. Sehingga jadikan membaca sebagai penambah wawasan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kehidupan Mahasiswa Penerima Beasiswa

7 Juli 2021   20:53 Diperbarui: 7 Juli 2021   20:57 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setiap anak memang diharuskan untuk dapat menempuh pendidikan minimal selama 12 tahun yaitu setara dengan SMA/SMK. Disamping itu banyak masyarakat yang hanya mampu memberikan pendidikan kepada anaknya hanya selama 9 tahun yaitu jenjang yang setara SMP. Hal tersebut dilakukan oleh para orang tua karena kondisi perekonomian dari mereka yang kurang mendukung untuk memberikan pendidikan pada anaknya sampai ke jenjang yang tinggi. Memberikan pendidikan jenjang lebih tinggi tentu saja akan diberikan oleh orang tua yang perekonomian mereka dirasa dapat mencukupi untuk kebutuhan mereka.

Namun yang terjadi pada kenyataannya ialah yang mana latar belakang keluarga tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk siapa saja yang dapat menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Orang tua yang memiliki penghasilan cukup, belum tentu anak mereka mau atau bahkan mampu untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Justru anak dari keluarga yang memiliki latar belakang kurang mampu, mereka ingin terus dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Mereka berpendapat bahwa dengan hal tersebut mampu memperbaiki kondisi keluarganya.

Rasa iri hati terhadap mereka anak dari keluarga yang mampu namun tidak mau untuk melanjutkan pendidikan mereka biasa terjadi, karena ada yang berpendapat "kurang bersyukurkah mereka ?" sehingga tidak mau untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi meskipun pihak orang tua sudah mengarahkannya.

Anak yang lahir dari keluarga sederhan namun ingin mengenyam pendidikan hingga tinggi, terus berjuang untuk dapat menggapainya. Seperti halnya mendaftarkan diri untuk mendapatkna beasiswa masuk perguruan tinggi, misalnya beasiswa bidikmisi. Beasiswa bidikmisi yang diberikan kepada mahasiswa terbilang tidak sedikit. Beasiswa tersebut diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan kuliah serta hidup seorang mahasiswa.

Jumlah yang terbilang tak cukup banyak diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa penerima beasiswa bidikmis. Pemberian yang dilakukan setiap satu semester sekali, hendaknya mahasiswa mampu mengatur keuangan mereka. Jumlah nominal beasiswa beasiswa bidikmisi yang sama namun nominal UKT yang berbeda pada tiap kampus, mengharuskan supaya dapat hidup hemat dan mengutamakan pada kebutuhan kuliah.

Foya-foya ? iya, ketika melihat mahasiswa yang gaya hidupnya berkecukupan, mungkin dapat menimbulkan rasa ingin sepertinya. Namun disamping itu, ketika mengikuti keingin untuk berfoya-foya dengan uang beasiswa maka perlunya kita memperhatikan kehidupan selanjutnya yang mana uang sudah habis namun belum pencairan beasiswa lagi sedangkan orang tua dikampung hanya berpenghasilan kecil sehingga susah untuk mampu menghidupi seorang mahasiswa.

Di kampus, mahasiswa terutama yang mendapatkan beasiswa diharapkan untuk lebih aktif dalam organisasi-organisa yang ada di kampus maupun di luar. Dengan keaktifan yang dimiliki, dirasa dapat mempertanggungjawabkan apa yang semestinya dilakukan oleh mahasiswa. Sehingga pemerintah atau pihak lain yang memberikan beasiswa merasa bersyukur karena dapat memberikan beasiswa terhadap mahasiswa aktif.

Di masa pandemi yang membuat kegiatan-kegiatan harus dilakukan dari rumah masing-masing, termasuk pada dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. Meskipun dilakukan secara daring, lebih baiknya ketika pembelajaran berlangsung tetap seperti layaknya pembelajaran pada umumnya yang memakai seragam rapi dan mengaktifkan kamera pada media pembelajaran. Karena tidak sedikit yang ketika pembelajaran berlangsung, tidak memakai seragam rapi, justru biasanya ada juga yang rebahan ketika menerima pembelajaran sehingga tidak mengaktifkan kamera.

Hal tersebut perlu diperhatika dan patutnya untuk menjadikan diri lebih baik lagi. Menyepelekan suatu hal termasuk tindakan tidak baik, bisa saja hal tersebut sangat berarti bagi diri kita sehingga akan merasakan penyesalan di kemudian hari. Seperti halnya ketika pembelajan berlangsung yang selalu diabaikan dan ketika ujian tiba maka akan merasa kebingungan dengan latihan yang diberikan. Pada saat ujian tiba penyesalan karena selalu mengabaikan pembelajaran akan dapat dirasakan. Sudap dapat dipastikan kemudian merasa ingin mengulangi pembelajarannya, namun hal tersebut tidak berlaku untuknya.

Dengan demikian jadilah mahasiswa yang berprestasi meskipun terlahir dari keluarga sederhana, sehingga mampu memperbaik kehidupan pada keluarga kalian. Kesuksesan tidak hanya milik mereka yang orang kaya, namun kesuksesan milik orang yang mau terus maju dan pantang menyerah. Sehingga dengan demikian dapat menjadi generasi penerus.

-Amanda ystk-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun