Mohon tunggu...
Amanda Syakira Maulida
Amanda Syakira Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo, Nama saya Amanda kalian bisa panggil Manda. Saya mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menempuh semester 3. Hobi saya menulis dan mendengarkan musik. I hope u enjoy :) X.O.X.O

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Menentukan Kualitas Diri

4 Desember 2022   17:20 Diperbarui: 6 Desember 2022   11:06 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang muslim senantiasa dianjurkan untuk memiliki akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Sedemikian pentingnya akhlak dalam islam disebutkan juga dalam hadits bahwa Rasulullah SAW diutus kepada kaumnya dan seluruh umat didunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dimana saat itu akhlak masyarakat terutama masyarakat jahiliyah masih jauh dari perilaku akhlak yang terpuji. Akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan ibadah baca istiqomah dalam islam dan cara agar tetap istiqomah dijalan Allah).

Setiap beretemu orang dan bertanya tentang apa sebenarnya yang terpenting dalam kehidupan ini, agar hidup ini menjadi tenang, sejuk, dan damai. Pertanyaan itu selalu dijawab bahwa yang terpenting adalah akhlak. Orang yang memiliki akhlak yang baik akan disenangi oleh banyak orang. Keberadaannya di mana saja tidak akan mengganggu orang lain, dan akan memberikan manfaat kepada siapapun.

Akhlak kita menunjukkan kualitas diri kita. Semakin rendah akhlak, semakin rendah juga kualitas diri kita. Pun sebaliknya, semakin tinggi dan mulia akhlak, semakin tinggi dan mulia pula kualitas diri kita.

Menurut Al-Ghazali (w. 550 H/1111 M: "Akhlak adalah keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam, melahirkan tindakan dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan". 

Menyangkut akhlak sebenarnya merupakan persoalan pribadi. Akhlak bersumber dari dalam hati masing-masing orang dengan berpegang pada Al-Quran dan Hadits. Ia menjadi kekuatan penggerak perilaku sehari-hari, dan  itulah akhlaq yang sebenarnya. Letaknya berada di dalam hati setiap orang. Karena itu tidak ada orang lain yang mampu mengintervensinya.

Lalu bagaimana kualitas akhlak masyarakat sekarang ini? pertanyaan tersebut bisa dijawab bahwa dalam kehidupan yang semakin maju dan modern, ternyata tidak diikuti oleh peningkatan kualitas akhlaknya, dan bahkan sebaliknya. Akhlak dipandang semakin merosot. Hubungan antar orang tidak semakin dekat, dan bahkan di lingkungan keluarga, tetangga, dan apalagi lingkungan yang lebih luas, semakin terasa jauh.

Adapun tujuan akhlak atau tasawuf akhlak yaitu melihat dari segi tujuan akhir setiap ibadah adalah pembinaan takwa. Bertakwa mengandung arti melaksanakan perintah dan menjauhi larangan agama. Ini berarti menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melaksanakan perbuatan-perbuatan baik (akhlakul karimah). Orang yang bertakwa berarti orang yang berakhlak mulia, berbuat, dan berbudi luhur. Di dalam pendekatan diri kepada Allah, manusia selalu diingatkan kepada hal-hal yang bersih dan suci. Ibadah yang dilakukan semata-mata ikhlas dan mengantar kesucian seseorang menjadi tajam dan kuat. Sedangkan jiwa yang suci membawa pekertiyang baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadah disamping latihan spiritual juga merupakan latihan sikap dan meluruskan akhlak. Sebagai contoh yaitu shalat yang erat hubungannya dengan latihan akhlakul karimah seperti difirmankan Allah SWT.

Artinya:

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S. Al-Ankabut: 45).

Jadi, tujuan shalat yaitu menjauhkan manusia dari perbuatan jahat, dan mendorongnya untuk berbuat kepada hal-hal yang baik. Di dalam melaksanakan ibadah pada mulanya didorong oleh rasa takut kepada siksaan Allah, tetapi di dalam itu lambat laun rasa takut hilang dan rasa cinta kepada Allah timbul dalam hatinya. Makin banyak ia beribadah makin suci hatinya, makin mulia akhlaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun