Mohon tunggu...
Amanda Putri Salsabila
Amanda Putri Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontrovensi Terusan Kra Thailand Ancam Perekonomian Indonesia?

7 Maret 2023   23:00 Diperbarui: 8 Maret 2023   00:08 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lalu terdapat skenario kedua yang menyatakan hanya ada Terusan Kra yang beroperasi dimana penggalian dari Songkha dan Satun akan selesai pada tahun 2025. Terdapat Pelabuhan bongkar muat yang terdapat di tengah-tengah Terusan Kra. Penyebabnya jalur Selat Malaka akan berhenti beroperasi karena jalur ditutup. Sehingga sebagai gantinya akan dibuka jalur pengumpan ke Terusan Kra dan Singapura.

Kemudian, Skenario ketiga penggalian akan selesai pada tahun 2025, terdapat pelabuhan bongkar muat di tengah terusan Kra. Dan diperbolehkannya aktivitas impor serta ekspor ke Thailand. Jalur Selat Malaka masih tersedia dan beroperasi.

Melihat dari sisi geografis, Sumatera merupakan wilayah yang dapat diperhitungkan sebagai Pelabuhan alternatif bongkar-muat barang khususnya wilayah barat sumatera yaitu Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Pulau Sumatera langsung terhubung dengan samudera Hindia yang menjadi salah satu jalur setelah melewati Terusan Kra.

Sementara, jika menilik skenario 1 tidak ada potensi atau dampak yang ditimbulkan akibat dibukanya Terusan Kra terhadap Indonesia, kecuali wilayah barat Sumatera yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara yang meningkat 0,25%, terlebih jika Pelabuhan Kuala Tanjung dan Pelabuhan Sabang dapat ditingkatkan kapasitas bongkar muatnya.

Dilihat pada kalkulasi diatas, jika skenario yang kedua benar-benar terwujud menyebabkan penambahan jarak dari rute sebelumnya yaitu jalur Malaka yang mencapai 3-19% . Hal tersebut akan merugikan Indonesia, karena akan menyebabkan kenaikan harga yang cukup signifikan terhadap komoditas yang melewati jalur ekspor dan impor ini. Apalagi, jalur keluar-masuk barang di Indonesia terpusat di pulau Jawa, dimana pulau Jawa sangat bergantung kepada Selat Malaka. Sehingga Indonesia harus memikirkan pusat bongkar-muat barang yang beroperasi di luar pulau Jawa. Penurunan ekonomi Indonesia juga akan mencapai persentase 0,25-0,5% kecuali pada Wilayah Barat dan Timur, yaitu  Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Riau Papua dan Papua Barat.

Skenario yang ketiga yaitu tidak jauh berbeda dengan Skenario kedua, menunjukkan jika Sebagian besar akan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,25-0,5%. Dimana ekonomi Indonesia tidak akan lagi bergantung kepada pulau Jawa saja, tetapi pada wilayah barat seperti pada Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Bangka Belitung, riau serta wilayah timur seperti Papua dan Papua Barat.

Berdasarkan pemaparan ketiga skenario diatas, dapat diakumulasikan setelah dibukanya Terusan Kra akan ada banyak dampak positif yang didapatkan pada wilayah barat dan timur Indonesia. Sehingga Indonesia tidak terus menerus bergantung kepada Pelabuhan di Pulau Jawa seperti Tanjung Perak dan tanjung Priok, mengingat Indonesia merupakan penghasil komoditi yang sangat besar sehingga akan menarik investor asing ke Sumatera Utara dan Provinsi Aceh karena dekat dengan Jalur Perdagangan Internasional. Selain itu. Indonesia juga berpotensi sangat besar untuk produknya sampai ke luar negeri dan dapat menarik kapal-kapal asing berlabuh di Pelabuhan Tanjung Kuala dan Pelabuhan Sabang.

Kebijakan Indonesia mengetahui rencana pembangunan Terusan Kra

Saat ini, Indonesia saat ini tengah gencar mewujudkan visinya yaitu menjadi kekuatan maritim dunia. Luhut Binsar Panjaitan pada wawancara tahun 2016 juga menerangkan jika Indonesia telah mendiskusikan kesempatan yang didapat jika Terusan Kra dibuka dengan melihat perkembangan situasi yang ada.

Selanjutnya, Pemerintah Indonesia beberapa tahun belakangan ini memelopori pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang berada di Sumatera Utara. Jika, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung ini beroperasi secara penuh, dapat dipastikan akan bi menampung seluruh kapal-kapal yang berasal dari Indonesia dengan tujuan ke berbagai  negara di benua Asia seperti Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Korea Selatan, Korea Utara, Jepang dan negara-negara Pasifik tanpa harus bongkar muat barang seperti yang dilakukan saat ini di Pelabuhan Singapura.

Pada Desember 2018, Pembangunan Pelabuhan sabang telah mencapai angka 38% dan Pelabuhan ini menjadi kebanggan masyarakat di ujung barat Indonesia. Terdapat konsep tol laut yang digagas oleh Pemerintah Indonesia juga perlu mendapat Perhatian yang serius karena dengan pengembangan konsep tersebut dapat membantu arus distribusi barang melalui Pelabuhan Sabang dan Pelabuhan Kuala Tanjung. Tak hanya itu, Dalam beberapa wawancara Presiden Indonesia, Joko Widodo memaparkan jika Indonesia memiliki rencana untuk membangun diantaranya 24 konsep tol laut dan 5 deep seaport.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun