Mohon tunggu...
amanda sartika
amanda sartika Mohon Tunggu... -

Ordinary Girl,love family and love my Bima <3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mewabahnya Anak Alay!!

12 Januari 2011   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anak alay. Siapa yang tak tau dengan istilah kata-kata ini? yaap! Sebutan anak alay ini kerap kita dengar diperbincangan sehari-hari. Anak alay itu bukan "anak lebay". Anak alay itu sendiri berarti "anak kampung". Anak alay/anak kampung ini sering dinilai lewat cara berpakaian, pergaulan, atau cara berkomunikasi (bahasa).

Anak alay bisa dideskripsikan dari cara berpakaiannya sok anak band EMO tetapi sebenarnya mereka tidak begitu ngerti apa makna sebenarnya. Sok pengen "gaul" dengan trend sekarang tetapi malah jadinya terlalau lebay, (cth: nge-mix baju ga kira kira ; baju ijo, celana kotak kotak, sepatu merah,kacamata biru! NORAK !) hehe..

Anak alay dilihat dari cara pergaulannya mungkin agak sedikit berbeda dengan masyarakat biasa. Mereka sering nongkrong-nongkrong di pinggir pinggir jalan (yang cewek godain cowok,yang cowok godain cewe yang lagi lewat). Buat yang cewek fotonya ga nahan smua! (dengan gaya di imut imutin,dideketin lampu biar ‘terang bgt’,foto deket bgt dari wajah *biar jeleknya ga keliatan*,foto dari atas *biar kelihatan keren kali ya*,dll.

Dari cara komunikasi(bahasa) anak alay juga sangat berbeda dengan masyarakat sekitar, seperti tulisannya GedE-kEcIL norak.Cara SMS= iya : ia,kamu: kamuh, kammo, kamoh, kamuwh, kamyu, qamu, aku : akyu,aq,akko,akkoh,aquwh, maaf: mu’uph,muphs,maav,etc.

Dari hal kecil yang saya tuliskan di atas, rata-rata keberadaan anak alay itu dianggap “mengganggu pandangan”, risih jika dilihat. Mungkin salah satu penyebab munculnyaanak alay itu sendiri dikarenakan "kemiskinan". Mereka cenderung mengikuti trend yang ada, namun karena keterbatasan ekonomi jadi mungkin mereka hanya bisa seadanya seperti itu. Semakin banyaknya komunitas/perkumpulan-perkumpulan anak-anak seperti mereka, maka akan bertambah pula anggota-anggotanya yang cenderung ikut-ikutan gaya seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun